• Berita Terkini

    Kamis, 20 April 2017

    Banjir Bojongsari Sisakan Trauma bagi Korban

    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Bencana banjir bandang yang terjadi di Desa Bojongsari Kecamatan Alian menjadi peristiwa yang tidak bakal dilupakan oleh warga setempat.  Dashyatnya kejadian itu bahkan menyisakan trauma bagi para korban.

    Ditemui kemarin, sejumlah korban masih belum bisa melupakan detik-detik datangnya banjir bandang yang mengguncang pada Senin pagi (17/4).

    Seperti Watikha (37), warga RT 5 RW 3 ini misalnya. Sambil memeluk anaknya, Abizar (2), dia mengaku masih sulit tidur. "Masih terbayang saat air masuk rumah. Perabotan rumah yang terapung dibawa banjir," kata perempuan yang harus kehilangan rumah akibat peristiwa itu.

    Saat kejadian, Watikha tengah berada di dalam rumah bersama anaknya. Sementara, suaminya baru berangkat kerja. Saat itulah, air bah datang. Dalam hitungan menit, air meninggi bahkan mencapai 1 meter atau dada orang dewasa.  "Yang ada di pikiran saya cuma menyelamatkan diri dan anak. Barang-barang gak kepikiran," ujar perempuan yang sudah punya cucu itu.

    "Tetangga saya  Khoerudin bahkan harus naik ke atap rumah sambil memeluk bayi saat banjir terjadi untuk cari selamat. Sementara warga yang berusia lanjut ditolong warga," imbuhnya.

    Jejak dashyatnya banjir memang masih terlihat hingga Rabu kemarin (19/4/2017). Dinding rumah warga masih terlihat basah hingga ketinggian 1,5 meter sebagai penunjuk ketinggian air saat banjir. Lumpur tebal juga masih terlihat di rumah-rumah penduduk yang tengah dibersihkan. Terjangan banjir juga merobohkan pepohonan di sepanjang aliran air, menghanyutkan tiang cor rumah, bahkan batu-batu besar.

    “Saat itu benar-benar sangat menakutkan,” tutur Sela Afriliani (20), tetangga Watikha, Rabu (19/4). Akibat bencana tersebut rumah Sela hancur dan rata dengan tanah hingga tidak tersisa. Padahal keluarganya baru mendapatkan bantuan bedah rumah empat bulan yang lalu.

    Sebelum bencana terjadi, anaknya yang masih balita pamit kepada Sela, untuk buang air besar di saluran irigasi yang berada tepat di belakang rumahnya. Kebetulan pada irigasi tersebut terdapat titian kayu (jembatan kecil/powotan_red). Saat itu tiba-tiba anaknya memangil Sela dan mengatakan, kalau air di saluran irigasi keruh dan bertambah banyak. “Saat itu anak saya juga merasa takut,” terangnya.

    Melihat debit air terus meningkat, Sela pun mempunyai firasat buruk, pihaknya lantas menitipkan anaknya kepada tetangganya, sementara dirinya kembali ke rumah untuk mengemasi barang-barang. Sementara itu, debit air di irigasi kacil semakin meningkat dan bertambah deras. “Air dari selokan terus sudah naik, hingga sampai masuk ke sumur,” paparnya.

    Sela pun segara mempercepat dalam mengemasi barang-barang yang ada di rumah. Namun tiba-tiba terdengar gemuruh air yang sangat deras, dan banjir hingga sedada orang dewasa. “Saat itu air beratus deras dan berputar-putar,” kenangnya.

    Tarmid (54) salah satu warga mengatakan, banjir datang sekitar pukul 07.15 dari tanggul saluran irigasi yang berada di atas pemukiman penduduk. Namun, hanya rumah-rumah penduduk yang berada paling rendah yang dilalui banjir. Bila dilihat dari atas, aliran banjir terlihat seperti sungai yang mengalir di antara perumahan penduduk menerjang dua RT sebelum akhirnya mengalir ke areal persawahan. "Air mencapai ketinggian maksimal pada pukul 10.00 an. Lalu mulai surut sekitar pukul 12.00 WIB dan baru tuntas sekitar pukul 16.00 WIB, " kata Tarmid.

    Menurut mereka, banjir kemarin menjadi yang pertama sampai ke rumah penduduk. Sebelumnya, menurut Kepala Desa Bojongsari, Edi Siswadi, tanggul jebol sudah terjadi dua kali. "Jadi yang kemarin ketiga. Sebelumnya sudah pernah terjadi tapi tak sampai ke rumah penduduk," ujar dia.

    Kalaupun ada yang patut disyukuri, tak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Namun demikian, Edi Siswadi meminta pemerintah dapat memperbaiki tanggul secepatnya sekaligus memastikan tak ada lagi kejadian serupa. Mengingat, puluhan warga tinggal persis di bawah tanggul saluran irigasi wadaslintang barat tersebut.

    Adapun yang dibutuhkan saat ini, kata Edi, warga berharap bantuan dari pemerintah agar dapat membangun kembali rumah yang rusak.  Hal itu, tentunya agar tidak lagi mengungsi kepada tetangga. “Habis, semuanya telah habis, baik rumah, perhiasan maupun uang,” ucap Sela. (cah/mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top