• Berita Terkini

    Rabu, 29 Maret 2017

    Jauhkan Anak dari Paparan Politik Praktis

    JAKARTA – Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Maria Ulfah Anshor prihatin dengan dampak Pilkada DKI Jakarta terhadap perkembangan anak-anak. Menurutnya banyak laporan anak-anak terkena paparan persiangan menuju DKI 1.


    Maria Ulfah mencontohkan munculnya secarik kertas yang ditulis oleh anak SD. Di dalam surat itu, muncul pesan-pesan yang mengarah pada sikap intoleransi. ’’Secara tidak langsung Pilkada DKI telah mempengaruhi perilaku anak-anak. Anak-anak sampai bisa mengkafirkan anak lainnya,’’ katanya di Jakarta kemarin.


    Dia berharap para orang tua tidak mengajar anak-anak untuk mengikuti kegiatan politik praktis. Bahkan saat menonton kegiatan Pilkada DKI di TV, seperti debat kandidat, anaka-anak sebaiknya juga harus didampingi. ’’Sudah waktunya orangtua dan guru menanamkan kembali rasa toleransi kepada anak-anak,’’ jelasnya.


    Pemimpin Yayasan Cahaya Guru Henny Supolo mengatakan sebaiknya saat mengajar para guru memilih narasi-narasi yang menyejukkan. ’’Bukan narasi yang penuh kekerasan. Diganti dengan narasi penuh cinta,’’ tandasnya dalam diskusi yang digelar Aliansi Masyarakat Sipil untuk Konstitusi (Amsik) di Jakarta kemarin (28/3). Henny mengatakan sekolah seharusnya dapat menumbuhkan kemerdekaan berpikir pada para siswa.


    Dia menjelaskan upaya membangun toleransi kepada anak-anak bisa dilakukan dengan menghormati orang yang berbeda agama. Menurutnya dengan nilai-nilai agama yang dianut, siswa bisa memetik pelajaran untuk saling menghormati. Dia menegaskan Pilkada DKI maupun pilkada di daerah lainnya, itu adalah ranah orang dewasa. ’’Anak-anak itu dunianya bermain dan belajar,’’ pungkasnya.


    Prof Irwanto dari Pusat Kajian Perlindungan Anak (Puskapa) Universitas Indonesia mengatakan sikap intoleran pada anak itu bisa muncul dari orangtuanya. ’’Ada semacam monster di kepala orangtuanya,’’ kata dia. Monster itu adalah perasahaan takut jika anaknya bergaul dengan anak-anak lain yang berbeda agama. Orangtua khawatir keimanan anaknya luntur jika berkawan dengan anak yang berbeda agama. (wan)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top