• Berita Terkini

    Rabu, 22 Maret 2017

    Gelimang Rupiah di Balik Ratusan Keramba Ikan Sungai di Pekalongan

    M. AINUL ATHO'
    PEKALONGAN - Pemandangan menarik tersaji di Kalimati, Slamaran, Kelurahan Krapyak. Sungai yang juga sering disebut Sungai Ampel Gading tersebut kini dipenuhi keramba jaring.


    Sekitar 300 petak keramba memenuhi sungai dari mulai bawah Jembatan Slamaran hingga ke pintu air, atau sepanjang sekitar 1 kilometer. Seluruh keramba berisi berbagai jenis tersebut, merupakan milik warga. Mereka berinisiatif memanfaatkan sungai yang sudah tidak mengalir tersebut, sebagai lahan budidaya ikan.

    Awalnya, hanya ada empat keramba yang dibuat oleh empat orang. Haris, salah satu warga yang pertama kali membuat keramba di sungai tersebut mengaku bahwa inisiatif pembuatan keramba karena ada masukan dari salah seorang praktisi budidaya ikan dari Kendal. Melihat kondisi air di sungai tersebut, dia mengusulkan agar dibuat keramba ikan.

    Saat awal membuat, per keramba memiliki luas 3,5 meter kali 7 meter. Dalam satu keramba, dapat ditabur benih ikan nila merah sebanyak 1.000 ekor.

    Dari jumlah tersebut, dikatakan Haris hanya membutuhkan waktu tiga bulan hingga dapat dipanen. Pertama kali panen, total ikan yang didapat sebanyak 1,15 kwintal dengan hasil penjualan sebesar Rp2,9 juta. "Awalnya masyarakat tidak percaya kok kali seperti ini bisa dibuat utuk budidaya ikan. Akhirnya setelah dua bulan berjalan, masyarakat bisa lihat sendiri ikannya bisa berkembang banyak dan baik. Setelah tiga bulan, bisa dipanen. Disitulah masyarakat kemudian melihat dan banyak yang ikut membuat," jelasnya.

    Dari hanya beberapa pemilik, sambung Haris, kini sudah lebih dari 100 orang yang memiliki keramba di Kalimati. Jumlah kerambanya juga sudah mencapai 300 petak. Per orang, dibebaskan membuat jumlah keramba sesuai kemampuan. Dirinya sendiri saat ini memiliki 14 keramba milik sendiri, dan tujuh titipan. Jika ada warga yang berminat, ia pun mempersilakan untuk membuat keramba selama masih ada ruang yang tersedia.

    "Jadi yang membangun, yang memberi pakan dan memelihara itu tanggung jawab masing-masing. Tapi memang banyak yang dititipkan. Masyarakat, termasuk saya sendiri awalnya sama sekali tidak tahu bagaimana cara budidaya ikan. Semuanya diarahkan oleh orang dari Kendal tersebut. Jenis ikan yang dibudidayakan beragam. Paling banyak ikan nila merah. Ada juga lele, dan ikan bawal, bahkan ikan koi pun ada," katanya lagi." tutur Haris.

    Budidaya ikan dengan sistem keramba di Kalimati, dikatakannya cukup murah. Modal awal yang dikeluarkannya yakni pembuatan keramba sebesar Rp600 ribu, bibit ikan sebanyak 1.000 ekor seharga Rp100 ribu dan pakan dari awal sampai panen sebesar Rp250 ribu. Dari hasil panen, penjualan bisa mencapai Rp2,9 juta.
    Selama ini, ia mengaku tidak menghadapi kendala berarti. Tingkat kematian ikan pun, maksimal hanya mencapai 30 persen.

    Haris juga menyatakan tidak kesulitan menjual ikan hasil panennya. Sebab, sudah ada pengepul yang siap membeli ikan miliknya. "Sementara pasarnya baru Pekalongan dan sekitarnya serta Kabupaten Kendal. Biasanya satu kilogram isi 4-5 ikan, dan harganya perkilogram sekitar Rp19ribu-20ribu," tambahnya.

    Sejauh ini warga Krapyak gang 3 tersebut  belum ada komunikasi dengan instansi terkait dari Pemkot Pekalongan. Warga pemilik keramba, sudah berencana membuat sebuah paguyuban atau kelompok dalam waktu dekat. Rencananya, 100 orang pemilik keramba akan dibagi dalam tiga kelompok. "Belum ada paguyuban, tapi sudah direncanakan. Dalam waktu dekat akan dibentuk," kata dia.

    Pemilik keramba lainnya, Pio, menyatakan bahwa inisiatif warga membuat budidaya ikan di Kalimati dengan sistem keramba tidak hanya dapat membuat Kalimati kembali produktif. Namun sekaligus dapat menjaga sungai dan lingkungan sekitar. Ia menuturkan, sebelumnya Kalimati hanya menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah. "Tapi sekarang lebih bersih. Karena pemilik keramba ini secara rutin melakukan pembersihan. Kalau ada sampah langsung dibersihkan. Jadi selain menjadi produktif, inisiatif ini juga berkontribusi terhadap lingkungan dan kebersihan sungai," jelas Pio.

    Setiap hari baik siang atau malam, juga terdapat warga yang menjaga keramba. Hal itu berpengaruh terhadap keamanan lingkungan sekitar yang sebelumnya seringkali digunakan untuk kegiatan-kegiatan negatif. "Disini sebelumnya rawan untuk kegiatan negatif dan kejahatan. Belum lama ini juga ada kejadian kriminal disini. Jadi dengan adanya ini akan lebih aman," tambahnya.

    Untuk itu Pio meminta agar ada perhatian dari Pemkot Pekalongan melalui instansi terkait, sehingga budidaya ikan dengan sistem keramba di Kalimati tetap dapat berjalan dengan baik.(nul)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top