• Berita Terkini

    Kamis, 16 Februari 2017

    Sutirah, Pemain Siter di Kebumen yang Tersisa

    Sudarno Ahmad/ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Kesenian tradisional Siteran,  yang pernah berkembang subur di tanah Jawa perlahan mulai pudar. Termasuk di Kebumen, yang saat ini sudah sangat langka.

    Kini tinggal Sutirah perempuan yang memasuki usia senja, yang berprofesi sebagai pesinden siteran.

    Dalam upaya menghidupkan Siteran, itupun wanita 65 tahun itu dilakukannya hanya dengan cara ngamen dari satu tempat ke tempat lainnya. Setiap harinya dia berkeliling, sekalian untuk menopang kehidupan ekonomi keluarganya.

    "Hanya inilah satu-satunya cara menunjukkan kepada masyarakat, bahwa Siteran masih ada. Tapi, beginilah nasib kesenian yang kami geluti. Hidup segan mati pun enggan," tutur warga  RT 04 RW 03  Desa Purwogondo, Kecamatan Kuwarasan, saat ditanggap di Teratai Blambangan Resto Kebumen, belum lama ini.

    Pada pementasan yang bertepatan dengan malam bulan purnama itu, Mbah Sutirah didampingi oleh pasangan mainnya, Murti (54), warga Dukuh Pancasan RT 01 RW 02 Desa Grenggeng, Kecamatan Karanganyar.

    Murti bertugas sebagai penabuh bass betot. Yaitu alat musik yang terbuat dari kotak kayu dan diberi dawai karet bekas ban dalam sepeda. Alat musik ini berfungsi sebagai kendang pengiring petikan siter Mbah Sutirah. Dengan tabuhan “kendang” ini maka petikan siter Mbah Sutirah menjadi semakin rancak, dinamis dan menarik.

    Mbah Sutirah yang telah menjadi pengamen jalanan sejak tahun 1980 ini, medapatkan kepiawaian memetik sitar dari almarhum bapaknya, yang bernama Masudi. Ia telah ngamen berkeliling sampai ke Banyumas dan Purworejo, bahkan sampai ke Pangandaran, Jawa Barat.

    Pada malam purnama itu, dengan suara tuanya yang parau, Mbah Sutirah masih lantang melantunkan beberapa tembang jawa. Baik yang sudah sangat populer seperti lagu caping gunung, maupun yang sangat klasik seperti jineman uler kambang maupun kutut manggung.

    Bahkan pada lagu waru doyong, sempat melontarkan beberapa parikan jenaka yang “nakal” yang memancing gelak tawa para penonton. Ada saja beberapa penonton yang tergoda berjoget saat menikmati lagu tersebut.

    Pemilik Teratai Blambangan Suryanto, atau yang karib disapa Ki Surya (54) mengaku sengaja mendatangkan pengamen siter jalanan untuk pentas di resto miliknya. Itu dilakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap kesenian tradisional yang saat ini telah terpinggirkan. Selain juga keinginannya untuk ikut nguri-uri kesenian tradisional Siteran tersebut.

    “Saya sudah lama ingin nanggap siteran di rumah saya, Alhamdulilah baru terlaksana malam hari ini. Itupun setelah saya bertemu Mbah Sutirah saat ngamen di Alun-alun Kebumen beberapa waktu lalu,” kata Ki Surya, kepada Kebumen Ekspres, kemarin.

    Ketua DKD Kebumen Pekik Sat Siswonirmolo, yang turut menyaksikan pementasan tersebut mengatakan bahwa pementasan siteran ini merupakan wujud nyata dari kepedulian dan keinginan turut serta melestarikan seni tradisional yang telah langka. Untuk itu pihaknya memberi apresiasi yang tinggi pada pentas tersebut.

    Pihaknya pun menyindir sejumlah pihak, yang pura-pura mengajak untuk melestarikan kesenian tradisional. Tapi hanya slogan yang membuai. Seharusnya ada tindakan yang nyata, yaitu nanggap dan memberi imbalan yang layak pada pelaku keseniannya.

    “Jangan dengan berkedok melestarikan kesenian, malah nanggap gratis kelompok kesenian. Untuk memeriahkan suatu acara, dengan hanya menyediakan fasilitas yang terbatas, atau hanya menyediakan kesempatan pentas," tegasnya.(ori)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top