• Berita Terkini

    Selasa, 21 Februari 2017

    Sembilan KK di Pandanlor Gunakan Biogas

    KEBUMEN(kebumenekspres.com)-Sembilan Kepala Keluarga (KK) di Desa Pandanlor Kecamatan Klirong, telah menggunakan biogas sebagai pengganti elpiji. Biogas dihasilkan dari kotoran sapi Kelompok Tani Ternak (KTT) “Ngudi Rahayu” yang berada di RT 1 RW 1 desa setempat.

    Biogas yang memanfaatkan kotoran sapi itu, telah dibangun sejak pada Bulan Oktober silam. Adapun pembuatan biogas tersebut, merupakan bantuan dari Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) dan Kantor Lingkungan Hidup (KLH) Kebumen. Api yang dihasilkan dengan mengunakan bahan bakar biogas pun biru, selayaknya api elpiji.

    Ketua KTT Ngudi Rahayu Haryono (46) mengatakan, pembuatan biogas menggunakan digester (tabung) berukuran diameter 3 meter dan tinggi 3 meter.  Setiap hari tabung tersebut diisi kotoran sapi dan air dengan perbandingan 1 : 3. “Setiap hari digester ukuran tersebut membutuhkan kotoran sapi sebanyak empat gerobak dorong,” tuturnya, Senin (20/2/2017).

    Dijelaskannya, dari ukuran digester tersebut, sebenarnya belum dapat mencukupi kebutuhan bahan bakar sembilan rumah tangga. Kendati demikian dengan adanya biogas dapat menghemat hingga 50 persen kebutuhan elpiji. “Idealnya dengan digester ukuran 3 X 3 meter hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan lima keluarga,” terangnya.

    Dengan adanya pembuatan biogas, lanjutnya, maka kotoran sapi dapat dimanfaatkan dengan baik dan maksimal. Pertama kotoran dimanfaatkan untuk pembuatan biogas dengan cara dimasukkan kedalam digister melalui lubang masuk. Dalam digister yang kedap udara gas dari kotoran akan terkumpul.

    Setelah melewati digister maka kotoran ternak akan keluar lewat lubang yang telah disediakan. “Terdapat dua Kotoran yang keluar dari digister yakni cair dan padat. Untuk kotoran cair selanjutnya dibuat pupuk organik cair (POC). Sedangkan yang padat setelah dikeringkan akan menjadi pupuk padat,” paparnya.

    Pupuk dari hasil olahan tersebut selanjutnya digunakan oleh para anggota KTT Ngudi Rahayu. Adapun jumlah anggota kelompok hingga kini mencapai 22 orang. Pembuatan pupuk dalam KTT Ngugdi Rahayu tersebut bukan hanya dari digister saja. Dengan pola kandang yang telah disesuaikan maka urine sapi akan terkumpul dengan sendirinya. Setelah dilakukan fermentasi, urine sapi juga menjadi pupuk organik cair. “Penggunaan pupuk organik cair dapat dilakukan dengan cara disemprot maupun kocor,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top