• Berita Terkini

    Jumat, 10 Februari 2017

    Seberangkan Jenazah di Sungai, Pelayat Tenggelam

    ISTIMEWA 
    GROBOGAN – Prosesi pemakaman jenazah Jinem, warga Dusun Pojok, Desa Tanjungsari, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan, diselimuti duka. Sebab, salah satu pelayat tenggelam dan terbawa arus Sungai Lusi.

    Jumeno, 28, warga Desa Kalirejo, Kecamatan Wirosari ini ikut membantu membawa jenazah untuk diseberangkan melalui Sungai Lusi Rabu (8/2) sore. Sebab, jenazah Jinem akan dimakamkan di pemakaman seberang sungai.

    Informasi yang dihimpun, kejadian berawal korban bersama beberapa warga mengantar jenazah Jinem untuk dimakamkan. Lokasinya harus menyeberangi Sungai Lusi. Apabila ada warga meninggal, sejak dulu jenazahnya diseberangkan dengan gethek. Karena lokasi makam di seberang Sungai Lusi.

    Korban bersama beberapa warga lain berenang sekitar 70 meter menuju lokasi makam yang dituju. Saat sampai di tengah sungai, korban yang memiliki tinggi sekitar 165 sentimeter itu berenang mengenakan kaus singlet warna putih dan celana panjang warna hitam tiba-tiba terseret arus.

    Melihat kejadian itu, Jupri, 50; Masruri, 30; dan Marjuki, 50, berusaha menolong korban. Karena arus deras, ketiga saksi tidak bisa berbuat banyak. Korban tenggelam dan diduga terbawa arus ke arah hilir. ”Korban saat ini (kemarin, Red) masih dalam pencarian sampai jarak 5 kilometer dan belum ditemukan. Pencarian oleh petugas SAR mengalami kendala karena arus Sungai Lusi deras dan kedalamannya mencapai 10 meter,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Grobogan, Agus Sulaksono kemarin.

    Kepala Desa Tanjungsari, Kecamatan Kradenan, Tri Suryatno mengatakan, prosesi pemakaman dilakukan seberang sungai karena keluarga ingin jenazah dimakamkan kumpul dengan lainnya. Tradisi tersebut sudah turun temurun dan tidak pernah ada masalah. ”Kejadian ada pengantar jenazah tenggelam baru kali pertama dalam sejarah. Sebelumnya belum ada,” terangnya.

    Warga yang ingin memakamkan jenazah di makam seberang sungai tidak bisa lewat jalan raya. Jika melewati jalan harus memutar lewat Kecamatan Wirosari dengan jarak 10 kilometer lebih.

    Selain itu, ada jembatan rel kereta api yang sudah tua. Bila dilewati takut roboh. Namun, banyak warga nekat melewati sepeda untuk memotong jalur. ”Untuk pergi ke Kecamatan Kradenan bisa ditempuh kurang dari 1 kilometer. Tetapi jika lewat jalan memutar Kecamatan Wirosari sekitar 10 kiloemter,” ujarnya.

    Pembangunan jembatan gantung akan dilakukan agar warga bisa seberangi sungai. ”Tadi pagi (kemarin, Red) perwakilan camat Kradenan dan Dinas PUPR sudah datangi lokasi untuk lakukan pengukuran agar segera dibangun,” tandasnya. (mun/ris)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top