• Berita Terkini

    Rabu, 22 Februari 2017

    Merapi Keluarkan Dua Kali Dentuman , Warga Diminta Tak Panik

    ILUSTRASI
    BOYOLALI – Istirahat warga di sisi timur lereng Gunung Merapi terusik suara dentuman, Senin malam (20/2). Suara serupa yang diduga bersumber dari puncak Merapi tersebut kembali terdengar pada pagi hari.

    Winarni, 53, warga Desa Mriyan, Kecamatan Musuk mengatakan, kali pertama mendengar suara menggelegar sekitar pukul 23.00. “Kaget banget. Anak saya langsung bangun. Tadi pagi terdengar lagi suaranya,” ujarnya, Selasa (21/2).

    Camat Musuk Totok Eko YP menyatakan telah mendapatkan laporan kepala desa Mriyan tentang suara dentuman yang menggegerkan warga tersebut. Berdasar laporan kades, suara tersebut berasal dari puncak Merapi. “Laporan yang masuk seperti itu. Katanya ada yang mendengar dentuman, diperkirakan dari Gunung Merapi,” katanya.
    Apakah suara dentuman terkait aktivitas vulkanis gunung berapi teraktif di dunia tersebut? Totok belum mendapatkan laporan resmi. Meskipun begitu, dia meminta seluruh warga waspada. Utamanya terhadap potensi tanah longsor.

    “Kalau laporan letusan tidak ada. Namun warga diharapkan tetap waspada. Apalagi curah hujan masih tinggi yang berpotensi terjadinya tanah longsor,” tuturnya.
    Relawan Jaringan Informasi Lintas (Jalin) Merapi Mujianto menambahkan, suara dentuman bersumber dari sisi barat Gunung Merapi, tepatnya Desa Tlogolele, Kecamatan Selo dan Kecamatan Sawangan, Magelang. Hal itu berdasarkan informasi dari relawan Merapi di sisi barat gunung.

    “Teman (relawan, Red) dari sisi barat gunung juga bertanya kepada saya apakah di sisi timur mendengar dentuman,” ungkap dia.  

    Mujianto dan warga yang tinggal di Desa Samiran, Kecamatan Selo malah tak mendengar suara menggelegar itu. Berdasarkan pengalaman selama ini, lanjut dia, suara dentuman bisa muncul kapan saja. Penyebabnya terjadi guguran batu di puncak gunung atau suara petir.

    Relawan kawakan tersebut mengimbau masyarakat tidak panik. Setiap ada aktivitas Gunung Merapi akan dilaporkan dan disebarkan oleh pos-pos pantau di sekitar gunung. “Sampai sekarang tidak ada laporan itu (peningkatan aktivitas vulkanis,Red). Jadi warga tak perlu panik,” pintunya.
    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali memastikan suara dentuman bukan karena aktivitas vulkanis Gunung Merapi. Namun lebih kepada potensi petir dan pergerakan batuan akibat hujan.

    Prediksi tersebut berdasarkan informasi dari citra satelit di sisi timur Gunung Merapi yang merekam kepadatan awan. “Dimungkinkan hujan deras yang disertai petir,” ujar Kepala Pelaksana BPBD Boyolali Nur Kamdani melalui Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Purwanto.

    Di sisi lain, erupsi Gunung Merapi sulit diprediksi. Sebab itu, BPBD Boyolali mengantisipasi melalui desa bersaudara (sister village). Desa bersaudara berfungsi mempermudah pengungsian warga ketika Gunung Merapi meletus. “Biar tidak bingung, warga harus tahu (menyelamatkan diri, Red) ke mana jika terjadi erupsi,” ucapnya.

    Menurut Purwanto, di Boyolali  terdapat delapan desa rawan bencana erupsi Merapi. Desa-desa tersebut tersebar di Kecamatan Selo, Musuk dan Cepogo. Yakni Desa Samiran, Mriyan, Cluntang, Lanjaran, Sumur, Genting, Wonodoyo dan Sukabumi.

    Desa rawan bencana erupsi bersaudara dengan desa aman bencana Merapi. Seperti di Desa Mudal, Penggung, Kebon Bimo, Pulisen, dan Desa Siswodipuran, di Kecamatan Boyolali. Serta Desa Banaran, dan Desa Kemiri di Kecamatan Mojosongo.

    Dengan desa bersaudara tersebut penanganan warga terdampak bencana lebih baik dibandingkan saat erupsi Gunung Merapi 2010. “Saat itu pengungsi kebingungan ke mana perginya. Akhirnya pengungsian dipusatkan di kantor Pemkab Boyolali sehingga pengungsi memebludak,” beber Purwanto.

    Wakil Bupati Boyolali M. Said Hidayat memaparkan, instansi-instansi terkait telah terkoordinasi dengan baik untuk penanganan dampak bencana. “Kami (Pemkab, Red) Boyolali sudah siap. Mulai penanganan kesehatannya bagaimana, akses jalannya seperti apa, logistiknya siapa dan lain sebagainya,” jelas Said.
    Untuk itu, wakil bupati berharap warga di Lereng Merapi tak panik terhadap fenomena alam. “Waspada itu juga sangat penting. Tapi kalau belum jelas (penyebabnya, Red) tidak usah panik,” tandas Said. (wid/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top