• Berita Terkini

    Senin, 27 Februari 2017

    Makan Anjing Risiko Terinfeksi 20 Kali

    SOLO – Anjing merupakan sahabat, hewan pendamping, bukan makanan. Jika nekat mengonsumsi, maka bersiap-siaplah dengan risiko terinfeksi bakteri 20 kali lipat.

    Tingginya konsumsi anjing menjadi keprihatinan tersendiri. Masyarakat yang tergabung dalam komunitas Sahabat Anjing Solo (SAS) pun terus berupaya mengampanyekan Dogs are Not Food untuk menekan tingkat konsumsi daging anjing. Misalnya kampanye yang digelar di car free day (CFD) kemarin. Anggota komunitas membawa puluhan anjing berbagai jenis dan ras untuk menyapa masyarakat Kota Bengawan.

    “Anjing tidak terdaftar dalam daftar makanan. Mereka (anjing, Red) merupakan hewan pendamping atau teman manusia. Tidak sepantasnya manusia memakannya,” terang koordinator kegiatan Guh Muatika Cendra Kirono kepada Jawa Pos Radar Solo.

    Menurut Cendra, mengonsumsi daging anjing sangat berbahaya bagi kesehatan. Pasalnya, virus rabies di dalam tubuh anjing dapat menginveksi manusia yang memakan. Ia mencontohkan kasus yang pernah terjadi di Bali, Denpasar. Di mana banyak penduduk di kawasan itu menderita rabies. Setelah ditelusuri, ternyata banyak warga di kawasan tersebut yang mengonsumsi daging anjing.

    ”Berkaca dari kasus tersebut, hendaknya masyarakat sadar bahwa memakan daging anjing sangat berbahaya. Daging teman manusia, mereka lebih pantas dipelihara daripada dipotong,” terangnya.

    Sementara itu, Ketua Dokter Indonesia (IDI) Surakarta Aji Suwandono membenarkan mengonsumsi daging anjing cukup berbahaya. Tidak hanya rabies, kebanyakan anjing yang dikonsumsi berasal dari lingkungan perternakan yang kurang sehat. Makanan mereka juga tidak sesuai dengan nutrisi yang dibutuhkan anjing. Sehingga mereka rentan akan bakteri.

    Infeksi yang berasal dari bakteri, seperti anthrax, brucellosis, hepatitis, dan leptospirosis dapat ditularkan melalui daging anjing yang dikonsumsi manusia. Kolera juga dapat disebarkan melalui daging anjing. ”Memakan daging anjing juga dapat meningkatkan potensi terinfeksi bakteri hingga 20 kali lipat,” terang Aji.

    Sementara itu, lanjut Aji, banyak anjing kadang justru diberikan antibiotic atau vaksin berlebih untuk mencegah munculnya penyakit. Besarnya kandungan antibiotik pada daging anjing ini juga berbahaya bagi manusia.

    ”Jika manusia mengonsumsi daging anjing tersebut, maka sistem kekebalan tubuh akan berubah dan penuh dengan antibiotik. Jika suatu saat mereka sakit, maka penyakit di tubuh tidak akan mempan diobati menggunakan antibiotik untuk manusia,” pungkas Aji. (atn/ria)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top