• Berita Terkini

    Sabtu, 18 Februari 2017

    Ada Flyover, Simpang Sebidang KA Manahan Ditutup

    SOLO – Keingingan pemkot mempertahankan perlintasan sebidang kereta api (KA) Manahan bisa dilintasi kendaraan nonmotor ketika ada flyover, diubah. Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo memutuskan menutup perlintasan sebidang tersebut.

    “Sudah saya putuskan perlintasan ditutup. Kalau kita ribut masalah itu terus, nanti flyover nggak jadi dibangun. Tahu-tahu waktunya habis,” ujar Rudy Jumat (17/2).

    Awalnya, rencana mempertahankan simpang sebidang KA Manahan tersebut agar pengguna sepeda dan kendaraan nonmotor seperti becak, tetap bisa melintas. “Mereka jelas tidak bisa naik (flyover,Red). Tapi itu cukup menguras energi, sehingga saya putuskan untuk mengikuti desain dan saran KAI (PT Kereta Api Indonesia),” imbuhnya.
    Solusi apa yang ditawarkan kepada pengguna kendaraan nonmotor? Wali kota menuturkan, mereka bisa melintasi simpang sebidang KA Pasar Nongko. Jika dilihat jaraknya, antara Pasar Nongko dengan Kottabarat melalui Jalan Hasanudin bisa mencapai 300 meter.

    “Ya harus putar dulu ke sana (Pasar Nongko). Memang agak jauh, tetapi itu sudah paling dekat. Tidak mungkin berputar ke arah barat,” jelas Rudy.

    Tentang usulan pembangunan underpass khusus untuk kendaraan nonmotor, Rudy mengatakan belum bisa direalisasikan. Menurutnya konsep tersebut cukup menarik dan dapat sebagai salah satu solusi. Namun, untuk merealisasikannya harus dilakukan kajian di luar flyover. “Sekali lagi yang penting flyover jadi dulu,” jelas wali kota.
    Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Surakarta Hari Priyatno menambahkan, rencana pembangunan flyover sudah memasuki tahap beberapa kajian. Dishub bertugas menyusun rekayasa lalu lintas. “Pekan depan akan kita temukan lagi untuk membahas desainnya,” kata dia.

    Terpisah, Sunarno, 39, pengemudi becak yang biasa mangkal di sekitar SMPN 1 Surakarta mengungkapkan, ketika simpang sebidang KA Manahan ditutup, maka dirinya harus berputar lebih jauh ketika mengantar anak sekolah langganannya pulang.

    “Saya ada langganan anak sekolah yang rumahnya di Kampung Badran, Purwosari. Ya memang jauh kalau lewat wilayah timur (Pasar Nongko) atau wilayah barat Purwosari. Tetapi nanti kalau memaksa lewat flyover, pasti tidak kuat genjotnya,” jelasnya.

    Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Surakarta, Sri Baskoro menuturkan, di kawasan Kottabarat dan Manahan terdapat beberapa sekolah. Ini menjadi pertimbangan menyediakan jalur khusus bagi penggunaan kendaraan tidak bermotor.
    “Banyak anak sekolah yang mobilitasnya pakai sepeda dari rumah ke sekolah. Begitu juga becak. Solo ini kota budaya, salah satunya ya menyediakan jalurnya,” papar Sri Baskoro.
    Ditambahkannya, dishub segera membentuk tim internal khusus terdiri dari personel bidang lalu lintas, perparkiran, dan angkutan umun untuk menganalisisa kemungkinan yang timbul baik sebelum, saat, atau pasca-pembangunan flyover.
    “Pertumbunan kendaraan saat ini mencapai 30 ribu unit per tahunnya. Flyover diharapkan bisa mengurai traffic jam tentunya dengan sistem pengalihan disekitarnya yang juga mendukung," beber dia. (ves/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top