• Berita Terkini

    Selasa, 31 Januari 2017

    Sebulan, SMP 3 Tirto Pekalongan Kebanjiran

    PEKALONGAN - Sudah sebulan lebih ratusan siswa-siswi di SMP 3 Tirto Kabupaten Pekalongan belajar di tengah banjir rob yang menggenang ruang kelas mereka. Banjir rob bercampur air hujan ini diperparah dengan limpahan limbah home industri yang membuat kondisi air makin keruh.

    Pantauan Radar Pekalongan, kemarin (30/1), ketinggian banjir di ruang kelas mencapai 20 hingga 30 centimeter. Sedangkan di halaman, mencapai 40 centimeter. Genangan rob yang menyelimuti halaman dan lantai di ruang-ruang kelas, perpustakaan, ruang guru, hingga ruang kantor kepala sekolah itu cukup kotor. Selain bercampur limbah, ribuan matalele (tumbuhan paku air) juga memenuhi beberapa permukaan banjir rob.

    Para siswa di sekolah tersebut terpaksa tidak memakai sepatu alias nyeker, sedangkan para guru mengajar dengan menggunakan sepatu boots. Untuk berjalan menuju kelas, para siswa juga harus hati-hati lantaran kondisi jalan yang licin karena ditumbuhi lumut di bawah rendaman air yang terlalu lama menggenang.

    Guru BK SMP 3 Tirto, Ike Maristya mengatakan, banjir rob telah merendam sekolah sejak 15 Desember 2016, tepatnya saat hari pembagian rapor. Hingga saat ini, banjir belum juga kering. "Banjir justru terkadang makin parah karena bercampur hujan dan limbah. Air banjir keruh dan berwarna gelap," kata dia, kemarin.

    Dikatakan, setidaknya ada 293 siswa-siswi yang belajar di SMP 3 Tirto. Meski kondisi banjir, lanjut dia, para pelajar di SMP tersebut tetap semangat menuntut ilmu. Hal ini dikarenakan para siswa sudah terbiasa dengan banjir rob yang hampir setiap hari menggenangi rumah mereka. Hanya saja, banjir membuat sekolah ini tidak bisa menggelar upacara bendera setiap Hari Senin, dan kegiatan kesiswaan tidak maksimal.

    "Mereka cenderung sudah terbiasa. Memang diakui, bagi para guru, ruang gerak ketika mengajar sedikit terbatasi. Tapi, kita tetap berusaha maksimal dalam mengajar para siswa. Apalagi melihat semangat mereka yang hampir tidak pernah absen meski kondisi rob seperti ini," terangnya.

    Ia menjelaskan, sebanyak 9 ruang kelas, ruang guru, ruang tata usaha, laboratorium dan ruang kepala sekolah terendam dengan ketinggian rata-rata di atas mata kaki. Hanya tiga ruang kelas yang bebas dari banjir karena lantai bangunan sudah ditinggikan.

    "Kalau ruangan lainnya terendam semua. Bahkan, mushola kadang terendam kadang tidak," kata dia.

    Saat ini, pihak sekolah tengah melaksanakan program jam tambahan bagi siswa-siswi kelas 9. Untuk sementara, kegiatan jam tambahan dialihkan di tiga kelas yang tidak terendam banjir.

    Ike mengungkapkan, pemerintah daerah dikabarkan akan memberikan bantuan untuk pembangunan pagar keliling di sekolah agar dapat menghalangi rob masuk ke wilayah sekolah. Namun, hingga kini bantuan tersebut belum terealisasi.  "Kami berharap, bantuan dapat segera terealisasi, sehingga sekolah tidak kembali tergenang. Agar proses belajar mengajar menjadi nyaman bagi para siswa dan guru," tandasnya. (yan)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top