• Berita Terkini

    Senin, 23 Januari 2017

    Sampel Korban Suspect Antraks Akan Diperiksa di Lab Litbangkes

    JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) segera memeriksa kembali sampel korban meninggal diduga suspect Antraks  di RSUP dr Sardjito. Pemeriksaan akan dilakukan di laboratorium Balitbangkes Kemenkes dalam waktu dekat.

    Kepala Balitbangkes Kemenkes Siswanto menjelaskan, pemeriksaan ini perlu dilakukan lebih detil. Sebab, ada kemungkinan terkontaminasi mengingat spora dari bakteri bisa berada di tanah. ”Kami mendapat laporan bila pasien (meninggal) sakit meningitis. Soal suspect antraks itu, ada kemungkinan kontaminan. Jadi perlu diperiksa lagi untuk memastikan,” tuturnya saat dihubungi kemarin (22/1).


    Dia menjelaskan, penularan penyakit ini terjadi dari hewan ke manusia. Tak ada sejarah bila penyakit yang disebabkan oleh Bacillus Anthracis ini menular dari manusia ke manusia. Karenanya, tidak perlu khawatir untuk  berobat di rumah sakit tempat korban dirawat.


    ”Konsumsi daging pun tak masalah kan. Asal dimasak dengan benar,” ungkapnya. Saat ini, dinas pertanian sudah melaukan vaksinasi pada ternak untuk mengurangi resiko penularan.


    Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Oscar Primadi menambahkan, Kemenkes telah menerjunkan tim untuk membantu dinas kesehatan (dinkes) Kulon Progo dan Sleman dalam proses investigasi.


    Mereka dibantu oleh Dinas Peternakan, Field Epidemiology Training Program (FETP) Fakultas Kedokteran UGM, Balai Besar Veteriner Wates dan RSUP Dr. Sarjdito. Hasil ini selanjutnya akan diverifikasi oleh Kemenkes.


    Menurutnya, Dinkes Kulon Progo masih dapat menangani kasus di wilayahnya. Mereka sudah melakukan penanganan penderita, pemeriksaan laboratorium untuk kepastian diagnosis, pelacakan faktor risiko penularan, penanganan limbah medis,  pengendalian faktor risiko dan sosialisasi. Dinkes juga sudah membagikan suplemen kepada petugas di lapangan.


    ”Tim memastikan tidak ada kasus tambahan pada manusia untuk saat ini,” ujar dokter gigi ini.


    Masyarakat khususnya di wilayah Kulon Progo diminta tak perlu takut mengkonsumsi daging. Dengan catatan dagingnya sehat, dibeli dari dibeli rumah potong hewan bersertifikat dan pengolahannya benar. Yakni, menggunakan sarung tangan plastik/karet saat memegang daging. Lalu, memasak dengan suhu diatas 100 derajat celcius selama 5 – 10 menit. ”Serta selalu menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS),” ungkapnya.


    Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kemenkes Elizabeth Jane Soepardi menuturkan, kasus ini sepenuhnya ditangani oleh pemerintah daerah. karena kasus terjadi lintas kabupaten. Kemenkes dalam posisi mendampingi.
    ”Mereka sedang investigasi dan segera beri penjelasan. Kita harus hormati itu,” ujarnya.


    Saat ini, menurutnya, kasus masih terus diselidiki. Terutama untuk kasus di Sleman yang saat ini masih belum rampung proses investigasinya.

    ”Sejauh ini, laporannya masalah sudah terkendali. Dinas pertanian sudah action,” katanya.


    Terkait kasus ini, Jane meminta masyarakat tenang dan tak mudah termakan berita hoax. Seperti misalnya, larangan untuk makan daging sapid an kambing di Jogjakarta. Menurutnya, konsumsi daging boleh dilakukan asal daging dimasak sempurna dengan suhu diatas 100 derajat celcius.


    Lalu, ada pula soal larangan pergi ke lokasi epidemic dan rumah sakit tempat pasien dirawat. Alasannya, nanti spora bakteri anthrax yaitu bacillus anthraxis terhirup.


    Dia menyanggah hal itu. karena, penyakit tidak dapat menular dari manusia ke manusia. Dia menjelaskan, penyakit ini merupakan penyakit menular bersumber binatang, utamanya hewan pemakan rumput. Penularannya, melalui kontak dengan hewan atau  produk hewan yang terinfeksi antraks. Seperti, olahan kulit, bulu, tulang.

    ”Kemudian, ada kabar kalau semua pasien antraks pasti meninggal karena belum ditemukan obatnya. Itu Hoax. Faktanya, antraks dapat diobati dengan antibiotic dan dapat disembuhkan total,” jelasnya.


    Sementara itu, Direktur Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Fadjar Sumping Tjatur Rasa mengatakan, pihaknya telah mengirimkan tim untuk memeriksa insiden penyebarang anthrax di Kulon Progo. Menurut temuan tim lapangan, pihaknya mengonfirmasi bahwa sudah ada 14 orang yang diduga terjangkit dengan kematian 1 ekor sapi dan 14 ekor kambing.


    ’’Dari hasil penelitian, kami memang menemukan ada penyebaran virus Bacillus Antrachis. Terdapat 17 hewan yang sudah dipotong paksa juga 14 orang yang dinyatakan sembuh dan satu orang meninggal meski belum pasti apakah penyebabnya anthrax,’’ ujarnya.


    Dalam hal ini, pihaknya mengaku melakukan beberapa upaya untuk menanggulangi kasus tersebut. Pertama, pihaknya membentuk tim penanggulangan wabah yang diketuai Sekretaris Daerah serta mendirikan posko pengendalian anthrax untuk siaga memantau kondisi lapangan.

    Selain itu, pihaknya juga membatasi lalu lintas ternak yang artinya mengisolir semaksimal mungkin agar tidak ada kontak antara hewan ternak dengan manusia. ’’Kami akan melakukan pengobatan antibiotik terhadap ternak yang terkena anthrax. Serta menyemprotkan desinfektan di wilayah sekitar’’ ungkapnya.

    Untuk pencegahan, pihaknya bakal melakukan vaksinasi terhadap ternak di wilayah kulon progo. Juga, melacak daging-daging yang berasa dari ternak terduga anthrax untuk dimusnahkan. ’’Kami akan melakukan edukasi kepada masyarakat wilayah wabah terkait pencegahan, penanggulangan, dan pengamanan,’’ tegasnya.

    Untuk itu, lanjut dia, pihak Kementerian Pertanian sudah menyiapkan 17.500 botol vaksin anthrax 48 botol anitbiotika, 48 botol vitamin, 10 liter desinfektan, dan satu unit sprayer. (mia/bil)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top