• Berita Terkini

    Minggu, 15 Januari 2017

    Mengenal Untung Karnanto Aktivis Hutan Rakyat di Kebumen

    Untung Karnanto/ sudarno ahmad/ekspres
    Bermimpi Masyarakat Dapat Merasakan Manfaat Hutan Rakyat Lestari

    NAMA Untung Karnanto, tak asing bagi aktivis lingkungan di Kabupaten Kebumen. Ya, pria yang lahir di Kebumen, 4 Agustust 1967, sejak 2005 silam telah aktif berkecimpung di bidang hutan rakyat. Tak hanya di Kabupaten Kebumen saja, melalui lembaganya The Forest Trust (TFT), warga Desa Candi, Kecamatan Karanganyar ini juga terlibat dalam pengembangan hutan rakyat di Papua hingga Kalimantan.
    --------------------------
    Sudarno Ahmad, Karanganyar
    --------------------------

    Pria yang karib disapa Kaki Langka ini memang fokus pada kegiatan pengembangan hutan rakyat lestari. Utamanya di Kebumen sebagai tanah kelahirannya.
       
    Bersama dengan para penggigih (lebih dari aktivis) Kebumen yang dikenalnya, dia selalu mencoba memberikan kontribusi bagi siapapun yang membutuhkan. Baik di bidang lingkungan, kehutanan, UKM, pedesaan.

    Ia menuturkan, motivasinya dengan dunia yang digelutinya agar kadang tani alas agar dapat benar-benar merasakan manfaat. Serta berkah baik dari aspek lingkungan, sosial serta ekonomi dengan adanya kegiatan hutan rakyat lestari.

    "Ini demi kehutanan di Kebumen dapat lebih terjaga dan memberikan kontribusi yang positif bagi pembangunan maupun lingkungan. Karena cenderung dipandang sebelah mata dari sisi program pemerintah," beber Untung Karnanto, Jumat (12/1).

    Aktivitas mulianya itu bukan tanpa kendala. Seringkali kegiatannya dianggap sebagai "proyek" yang banyak uangnya. Sementara lembaganya tempat bekerja bukan lembaga donor. Pandangan miring ini oleh beberapa pihak, baik masyarakat maupun oknum pemerintah.
           
    "Lembagaku lebih mirip NGO (Non Government Organization) yang sepertinya di "stempel" pasti mau minta anggaran atau bantuan dana ke pemerintah. Padahal dari awal lembagaku berkegiatan di Kebumen satu sen-pun tidak pernah minta," ujarnya.

    Pihaknya juga merasa kesulitan menyatukan dan mensinergikan para aktivis maupun komunitas UKM maupun wisata. Padahal sebenarnya dua sektor ini bergerak dan berkegiatan yang bersentuhan langsung dengan hutan dan lingkungan,
           
    "Aspek lingkungan pasti bertentangan dengan peningkatan pendapatan desa. Padahal bisa bersinergi baik tanpa melakukan eksploitasi alam yang berlebihan," kata Untung Karnanto.

    Tak hanya itu, keterbatasan waktu karena juga bertanggung jawab pada pembangunan hutan rakyat di Klaten dan juga pekerjaan timnya saat ini.  Sehingga belum bisa sepenuhnya fokus di Kebumen.
       
    Pria yang telah dikaruniai satu anak ini menceritakan awalnya bergabung dengan TFT. Tahun 2003 sebetulnya dirinya sudah ditawari bergabung. "Tapi karena masih bayi juniorku jadi gak bisa gabung dulu," tuturnya.
       
    Selanjutnya, tahun 2005 dia diajak untuk ikut dalam kegiatan "Studi Potensi Pengembangan Hutan Rakyat" di lima kabupaten. Yaitu Kebumen, Cilacap, Banyumas, Purbalingga, Banjarnegara.

    Dari studi tersebut diperoleh kesimpulan Kebumen peringkat 1 untuk potensi pengembangan hutan rakyat, disusul Banjarnegara.  Studi ini menitikberatkan pada potensi tegakan mahoni, aspek sosial, aspek tracebility dan legalitas.
       
    Bulan Agustus akhir tahun 2006, Tim TFT sebanyak empat orang termasuk dirinya, mulai bergerak di Kebumen. Dengan beberapa desa sasaran yang pernah dilakukan studi juga melakukan pendekatan ke pemda untuk mendapatkan dukungan moril. Sekaligus permisi bahwa lembagaku mengadakan kegiatan di masyarakat langsung.
       
    Awalnya pihaknya melakukan pendekatan ke pemerintah desa dan juga tokoh masyarakat. Untuk memberikan pemahaman tentang program pembangunan hutan rakyat lestari dengan Skema FSC (Forest Stewardship Council).
    "Kenapa kita menggunakan skema Internasional FSC ini tidak lain karena permintaan pasar akan sumber kayu lestari waktu itu masih sedikit, utamanya di hutan rakyat," ujarnya.  Menurutnya, skema FSC sudah diakui oleh banyak perusahaan dan juga negara-negara Eropa dan Amerika yang membutuhkan produk furniture dari hutan yang lestari.
       
    Setelah Kostajasa, lembaga pelestari hutan rakyat mitra TFT, meraih pengakuan Internasional dengan menerima Sertifikasi FSC tahun 2009 pertama kalinya, kebetulan tahun 2010 dia sendirian bertanggungjawab pada kegiatan di Kebumen. Tahun itu pula dimulai pelaksanaan Exit Strategy, yaitu strategi bagaimana agar Kostajasa dapat mulai mandiri dan tidak tergantung dari TFT.
       
    "Alhamdulillah sekarang Kostajasa sudah mulai tegak berdiri secara perlahan. Sehingga TFT sudah tidak begitu intens lagi dalam menemani Kostajasa. Hanya pada hal-hal krusial dan dirasa belum mampu, TFT mendampingi intens. Biasanya di aspek lingkungan dan kehutanan," paparnya.

    Untung Karnanto, memiliki harapan Kadang Tani Alas Kostajasa dapat mengembangkan wilayah kerjanya hingga di seluruh wilayah Kabupaten Kebumen. Untuk bersama-sama membangun Hutan Rakyat Lestari bersama semua stakeholder yang bersentuhan langsung dengan lingkungan. "Sehingga kegiatannya dapat bersinergi lebih kuat dengan networking yang kokoh," tutupnya.(*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top