• Berita Terkini

    Selasa, 10 Januari 2017

    Atasi Kemacetan, Sekolah di Solo Diminta segera Sediakan Zona Drop Off

    DAMIANUS BRAM/RASO
    SOLO – Mengatasi kemacetan kendaraan bukan perkara gampang. Faktor penyebabnya cukup kompleks. Salah satunya, aktivitas antar-jemput murid sekolah di lokasi tertentu.
    Karena itu, dinas perhubungan (dishub) Surakarta menyarankan sejumlah sekolah untuk segera menyediakan zona drop off antar-jemput guna mengurangi kemacetan kendaraan saat jam masuk dan pulang sekolah.

    "Pihak sekolah yang berlokasi di Jalan dr. Moewardi dan sekitar Manahan harus menentukan zona drop off murid yang ideal," ujar Kepala Bidang Lalu Lintas Dishub Surakarta Sri Baskoro di SMP Negeri 1 Surakarta kemarin (9/1).

    Menurut Baskoro, aktivitas antar-jemput murid di lokasi tersebut menyebabkan antrean kendaraan cukup panjang. Akibatnya arus kendaraan di sekitar Kottabarat ikut melambat.

    Kondisi tersebut tidak mendukung kelancaran arus lalu lintas di sepanjang Jalan Slamet Riyadi dari Purwosari hingga simpang empat Gendengan yang telah diterapkan sistem satu arah (SSA). Dengan disediakannya zona drop off tersebut, bottle neck di sekitar Kottabarat bisa mencair.

    "Beberapa sekolah di kawasan itu mulai dari SMP Muhammadiyah Program Khusus, SDN 16 Solo, SDN 15 Solo, SMPN 24 Solo, SMPN 25 Solo, SD Muhammadiyah PK (Program Khusus) Manahan dan sekolah lainnya akan kami ajak rembukan untuk menentukan lokasi drop off yang paling ideal. Misalnya di gedung Bhayangkara atau lapangan voli Kottabarat," beber Baskoro.

    Zona drop off tersebut, lanjut Baskoro, juga harus didukung larangan penggunaan kendaraan bermotor pribadi bagi murid saat berangkat dan pulang sekolah. Para pelajar bisa disarankan menggunakan transportasi umum, atau bisa juga pihak sekolah menyediakan asrama bagi pelajar yang rumahnya cukup jauh dari sekolah. "Sejauh ini kan sekolah kurang memikirkan hal itu. Ini yang harusnya diperbaiki," tegas Baskoro.

    Kepala SMPN 1 Surakarta Joko Slameto mengatakan, pihaknya menyediakan tempat khusus sebagai lokasi antar-jemput murid yakni di halaman parkir sekolah dengan membuka dua pintu gerbang sebagai akses keluar masuk kendaraan.

    Selain itu, pihak sekolah juga menerapkan larangan bagi muridnya menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju sekolah. "Kami sudah membuat kesepakatan dengan Satlantas tentang larangan membawa kendaraan bagi putra-putri kami. Sebelum itu pun, kami juga sudah menerapkan aturan tersebut dan selalu disampaikan dalam rapat komite bersama orang tua tentang larangan menggunakan kendaraan bermotor," urai Joko.

    Ditambahkan dia, selama ini, untuk menuju sekolah, pelajar SMPN 1 Solo ada yang diantar menggunakan kendaraan bermotor, menggunakan sepeda ontel, serta transportasi umum. “Mengenai bus sekolah dan lainnya perlu ada pembicaraan dulu agar semuanya bisa terkonsep dengan baik," kata Joko.

    Permintaan dishub agar sekolah menyediakan zona drop off juga direspons positif Kepala SD N 16 Solo Surati. "Di tempat kami zona drop off sudah tersedia di depan sekolah, yakni di Jalan Mawar yang menghubungkan sisi selatan lapangan Kottabarat menuju Mall Paragon. Saya rasa ini tidak mengganggu arus karena sudah masuk ke dalam gang," ungkapnya.

    Selain itu, lokasi tunggu bagi pengantar maupun penjemput murid sudah terkondisikan dengan baik. Yakni di lokasi yang sama untuk drop off karena lokasinya cukup luas.

    Surati berharap, dishub ikut menggalakkan sosialisasi zona drop off kepada orang tua murid. Sebab imbauan yang dilakukan sekolah dinilai belum maksimal. “Sosialisasi dari dinas saya rasa masih kurang,” terangnya.

    Kepala SMPN 25 Solo Amir Khusni ikut mendukung gagasan dishub menerapkan zona drop off bagi sejumlah sekolah. “Segera saja direalisasikan agar orang tua yang menjemput (anak di sekolah, Red) tidak mengumpul di bahu jalan,” katanya. (ves/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top