• Berita Terkini

    Jumat, 02 Desember 2016

    Bengawan Solo Siaga Merah

    ilustrasi
    Ada 6.979 Rumah Terendam Banjir Di Bojonegoro dan Tuban
    JAKARTA – Hujan terus mengguyur sepanjang wilayah sungai Bengawan Solo di Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur. Akibatnya, debit banjir meningkat dan membuat luapan sungai semakin meluas.


    Hingga saat ini sendiri, tinggi muka air Bengawan Solo dilaporkan terus naik. Kemarin (1/12), posisi tinggi muka air (TMA) Sungai Bengawan Solo di Kota Bojongoro sudah mencapai 14.96 meter, pada pukul 06.00 WIB. Sejam kemudian, ketinggian sudah naik menjadi 14.99 meter atau siaga kuning. Memasuki pukul 08.00 ketinggian air mencapai 15.02 meter atau siaga merah. Dengan kondisi siaga merah maka banjir merendam beberapa wilayah di Bojonegoro.


    Banjir di Bojonegoro sendiri sudah terjadi sejak Selasa (29/11). Akibat naiknya TMA tersebut, banjir meluas hingga 51 desa dan 10 kecamatan. Yakni Kecamatan Bojonegoro, Kalitidu, Dander, Trucuk, Kapas, Balen, Sumberejo, Kanor, Baureno, dan Trucuk.


    Akibatnya, 3.410 rumah terendam banjir. Satu orang dilaporkan tewas dan 156 jiwa mengungsi di Gedung Serba Guna Jalan KH Mas Mansyur. ”Meskipun ribuan rumah terendam banjir namun masyarakat tidak mau mengungsi. Mereka sudah terbiasa banjir yang hampir setiap tahun terjadi di Bojonegoro,” ungkap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, kemarin (1/12).


    Selain merendam rumah penduduk, banjir juga menyebabkan 3.703 hektar sawah gagal panen karena terendam banjir. Kondisi ini diperparah dengan jebolnya tanggul Kali Ingas di Desa Pucangarum, Kecamatan Baureno, Kabupaten Bojonegoro pada Kamis pukul 10.00 Wib. Sehingga banjir semakin meluas. Kerugian ditaksir mencapai lebih dari Rp 24 milyar.


    Luapan Sungai Bengawan Solo juga telah menyebabkan banjir di wilayah Kabupaten Tuban, Jawa Timur sejak Sabtu (26/11). Banjir telah menyebabkan 3.569 rumah terendam, 61.065 meter jalan tergenang dan2.111 hektar lahan pertanian gagal panen karena kondisi serupa. Ditaksir kerugian dan kerusakan akibat banjir mencapai Rp 9 milyar.


    Merespon kondisi ini, Sutopo menuturkan, BPBD setempat besama TNI, POlri dan relawan telah melakukan penangan darurat. Di Tuban, BPBD telah mendirikan posko lapangan di 5 kecamatan dan pendirian dapur umum bagi korban bencana. Pemberian bantuan sembako telah diberikan kepada sebagian korban bencana.

    Dalam penanganan bencana ini, BPBD Tuban sendiri dalam kondisi krisis. Karena telah kehabisan stok bantuan sandang. Saat ini, penggunaan anggaran dari pos Biaya Tak Terduga dari Pemda Tuban masih diproses untuk penanganan darurat.


    ”Sudah ada kiriman dari BPBD provinsi. Bupati Tuban juga telah menetapkan keadaan darurat bencana banjir sejak 28 November 2016 hingga 3 Desember 2016,” ujarnya.

    Sementara itu, di Bojonegero, BPBD dan Dinas Pekerjaan Umum Bojonegoro telah menutup 56 pintu darurat di tanggul barat dan utara. Disediakan pula 24 ribu kantong berisi pasir yang ditumpuk di pintu-pintu darurat serta tanggul desa yang terdampak banjir. Pintu darurat yang ditutup karung pasir dijaga polisi, tentara dan hansip.

    Di tempat lain, hujan deras menyebabkan longsor di Kabupaten Trenggalek kemarin. Jalan raya yang menghubungkan Trenggalek – Pacitan Km 41 di Dusun Kapit, Desa Cakul, Kecamatan Dongko, Kabupaten Trenggalek amblas dengan panjang 10 meter dan lebar 2 meter. Lalu lintas dilakukan buka tutup dan diberi tanda oleh petugas.


    Ancaman bencana hidrologi ini masih akan terus terjadi sepanjang musim penhujan. Diperkirakan terus meninggat dan puncaknya terjadi pada Januari 2017. Karenanya, masyarakat diminta meningkatkan kewaspadaan. (mia)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top