• Berita Terkini

    Senin, 07 November 2016

    Tujuh Mahaguru Dimas Kanjeng Ditangkap

    SURABAYA – Tujuh mahaguru Dimas Kanjeng Taat Pribadi yang selama ini diagung-agungkan pengikutnya ternyata berlatar belakang memprihatinkan. Mengaji pun, sebagian tidak bisa. Mereka adalah orang susah yang diperalat untuk berlagak sebagai mahaguru demi bayaran dari Dimas Kanjeng.


    ”Ini bentuk penipuan terorganisasi,” kata Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Raden Prabowo Argo Yuwono kemarin (6/11). ”Mayoritas mereka (mahaguru, Red) tidak bisa mengaji. Untuk membuat para pengikut percaya, para mahaguru ini dilengkapi berbagai atribut. Seperti jubah hitam, serban, hingga make-up agar lebih meyakinkan,” lanjutnya.


    Tujuh mahaguru itu kemarin dibawa ke Mapolda Jatim. Untuk sementara, mereka berstatus saksi. Namun, tak tertutup kemungkinan statusnya naik menjadi tersangka.

    Tujuh mahaguru Dimas Kanjeng datang ke gedung Ditreskrimum Polda Jatim sekitar pukul 09.00. Mereka sebelumnya diringkus tim buser yang dipimpin langsung oleh Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim AKBP Taufik Herdiansyah di Jakarta.


    Waktu yang dibutuhkan polisi untuk meringkus mereka terbilang singkat. Hanya sehari. Berangkat dari Surabaya pada Sabtu pagi (5/11), tim membawa S.P. Maranathan alias Vijay untuk menunjukkan rumah para mahaguru tersebut.


    Vijay adalah pria keturunan India yang sering disebut Dimas Kanjeng ketika proses penyidikan. Dia berperan sebagai event organizer (EO) acara keagamaan. Selain menjadi EO, dia diangkat sebagai karyawan di PT Emas Batangan Mulia. Perusahaan tersebut sering disampaikan ke pengikut Dimas Kanjeng. Disebutkan, Dimas Kanjeng memiliki perusahaan yang memproduksi emas batangan. ”Di perusahaan abal-abal itu, Dimas Kanjeng didapuk sebagai komisaris utama. Sedangkan Vijay sebagai direktur operasional sekitar 2010,” kata Argo.


    Vijay dan Dimas Kanjeng berkenalan lewat ayah Vijay beberapa tahun lalu. Saat itu Dimas Kanjeng hendak berobat ke tempat pengobatan alternatif tanpa operasi bedah milik ayah Vijay. Kemudian, Vijay dan Dimas Kanjeng mencatut nama perusahaan kontraktor PT Emas Batangan Mulia sebagai perusahaan yang bergerak di bidang produksi emas batangan. ”Tidak ada produksi emas di perusahaan tersebut. Itu perusahaan bukan produksi emas batangan, tapi perusahaan kontraktor. Tersangka Vijay dan Taat mencatut nama perusahaan tersebut,” tutur Argo.


    Dalam membuat acara keagamaan, Dimas Kanjeng awalnya membuat sebuah isu. Isunya berkaitan dengan hal-hal yang sedang ramai diberitakan. Setelah itu, Dimas Kanjeng meminta Vijay yang tinggal di Tomang, Jakarta, untuk membuat acara di suatu daerah. ”Pernah di Makassar, Jakarta, Probolinggo, hingga Madura,” terangnya.

    Pria 34 tahun itu mengatur jadwal, memesan tempat, hingga menyediakan mahaguru. Setelah itu, dia menghubungi seorang koordinator yang bernama Karnawi. Selanjutnya, baru ditentukan siapa mahaguru yang pas untuk ikut ke acara tersebut. ”Dia (Vijay) punya kriteria tersendiri dalam menentukan siapa yang bisa jadi mahaguru,” terang pria kelahiran Jogjakarta itu.


    Kriteria yang dimaksud adalah dari segi umur, mahaguru harus masuk golongan manula. Kulit sudah keriput. Diutamakan yang memelihara jenggot putih dan yang bisa tutup mulut. Semuanya menempati rumah petak yang tersebar di daerah Jakarta. Bahkan, ada yang tinggal di bawah jembatan. ”Ada yang di wilayah Tomang, Pejompongan, Cengkareng, hingga Bogor,” lanjut lulusan Akpol 1991 itu.


    Sudah ada sepuluh orang yang pernah diminta menjadi mahaguru. Seorang di antaranya sudah meninggal dunia dan dua lainnya sakit parah. Karena itu, yang diamankan kemarin tujuh orang. Pekerjaan mereka pun bermacam-macam. Mulai pedagang kaki lima yang menjual topi, penjual kopi keliling, penganggur, sampai gelandangan. ”Mereka direkrut secara sembunyi-sembunyi,” ungkap Argo.


    Vijay mendapat bayaran yang cukup besar, Rp 70 juta–Rp 150 juta. Sementara itu, bayaran mahaguru bervariasi. Yang jelas lebih murah, Rp 9 juta–Rp 20 juta. Namun, ada juga yang sudah diberangkatkan umrah oleh Dimas Kanjeng. Bayarannya bergantung tempat, jumlah peserta kegiatan keagamaan, dan besarnya sumbangan.

    Peran mahaguru memang tidak terlalu vital. Mereka diminta duduk di sebelah Dimas Kanjeng saat acara keagamaan. Mereka dikenalkan sebagai kiai yang menguasai ilmu agama. ”Mereka disuruh komat-kamit agar kelihatan baca doa,” ujar Argo. (aji/c10/ang)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top