• Berita Terkini

    Jumat, 11 November 2016

    Sebuah Jembatan di Grobogan Roboh Diterjang Banjir

    ARGA FOR /RADAR KUDUS 
    GROBOGAN – Jembatan penghubung Desa Kalimaru dengan Desa/Kecamatan Kedungjati, ambrol kemarin pagi. Akibatnya, aktivitas warga terganggu. Perekonomian hampir lumpuh. Sebab, jembatan tersebut merupakan jalur utama warga untuk bepergian maupun siswa sekolah.

    Informasi yang dihimpun Jawa Pos Radar Kudus kemarin, jembatan yang roboh memiliki panjang 5 meter dengan lebar 3 meter. Ambrolnya pukul 08.00. Penyebabnya, tergerus aliran air akibat meluapnya Sungai Tuntang.

    Jembatan yang roboh itu pun masuk ke dasar sungai. ”Beruntung tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu. Saat kejadian tidak ada yang lewat,” kata Dandim 0717 Letkol Arh Jan Piter Gurning didampingi Kapten Inf Sunoto, komandan Koramil 18 Kedungjati.

    Menurutnya, jembatan itu sangat penting bagi warga, terutama dari Desa Kalimaro. Sebab, jembatan itu penghubung warga yang ingin ke Kecamatan Kedungjati. ”Siswa sekolah dan para pedagang yang ke pasar akhirnya terganggu,” tegasnya.

    Sebagai antisipasi, warga dibantu anggota TNI membuat jembatan sementara. Yaitu membuat jembatan dari pohon kelapa yang dirakit. Dibuatnya jembatan darurat ini, cukup membantu warga, karena bisa melintas sementara. ”Tetapi hanya untuk sepeda motor, mobil tidak bisa. Pohon kelapanya sendiri, diambil dari warga yang sukarela memberikan,” tegasnya.

    Sujadi, perangkat Desa Kalimaro di sela mengangkat gelugu bersama mengungkapkan, cepatnya antisipasi pembuatan jembatan antara warga dan TNI membuat akses jalan tetap bisa dilewati. Sehingga warga bisa beraktifitas kembali dan tidak perlu memutar dengan jarak yang cukup jauh.

    ”Warga merasa terbantu dengan jembatan sementara ini. Kami berharap dari pemerintah daerah juga bisa membantu membuat jembatan yang baru,” harapnya.
    Sementara itu, tingginya intensitas hujan yang menguyur Kabupaten Grobogan setiap sorenya, membuat sebagian wilayah di tiga kecamatan terendam banjir kemarin. Tiga kecamatan itu, Gubug, Tegowanu, dan Kedungjati. Ratusan rumah kebanjiran.

    Semula banjir terjadi karena luapan air Sungai Tuntang di Desa Ngroto, Gubug, pada Rabu (9/11) lalu pukul 16.30. Intensitas hujan yang tinggi, membuat dua tanggul yang sedang diperbaiki di lokasi itu jebol.

    ”Tanggul yang ambrol sepanjang 20 meter dengan kedalaman 3 meter. Ada juga air melimpas di tanggul selatan sepanjang 50 meter. Itu disebabkan debit air Sungai Tuntang cukup besar,” kata Dandim Letkol Arh Jan Piter Gurning yang memantau lokasi banjir pukul 23.30 kemarin malam.

    Akibat tanggul jebol itu, air menggenangi ratusan rumah di Desa Ngroto dan Gelapan. Jumlahnya sekitar 616 rumah, dengan ketinggian air mencapai 50 cm.
    Banjir juga melanda Desa Penadaran. Penyebabnya sama, limpasan Sungai Tuntang. Sementara banjir di Dusun Dungkakap, terjadi karena dampak air gunung.
    Sementara di Kecamatan Tegowanu, banjir diakibatkan limpasan air dari Sungai Renggong. Akibatnya, mengenai beberapa pemukiman warga di Desa Sukorejo dan Medani. Total ada 400-an rumah yang kebanjiran dengan ketinggian air sekitar 30 sentimeter.

    Belum ada warga yang mengungsi akibat banjir tersebut. Mereka masih menetap di rumahnya masing-masing. ”Sebagai antisipasi sementara, tanggul anak sungai Renggong ditambal dengan karung pasir oleh warga,” imbuh Dandim.

    Di Kecamatan Kedungjati, banjir melanda empat desa. Di antaranya, Desa Wates, Kalimaro, Jumo, dan Mberas. Namun hingga kemarin, air yang sempat menggenangi rumah warga mulai surut, karena hanya menjadi dampak limpasan air dari bukit.
    Selain menggenangi tiga kecamatan, di Bendung Klambu juga sudah siaga III. Di mana debit air mencapai 626,200 meter kubik dengan elevasi tinggi 16,40 meter dan elevasi bawah 15,78 meter. (mun/int/lil)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top