• Berita Terkini

    Kamis, 10 November 2016

    Meneladani Wayang Petruk yang Dibikin Perajin Lereng Merapi Kemalang, Klaten

    ANGGA PURENDA/RADAR KLATEN
    Sebagai Pengingat Warga terkait Bahaya Erupsi

    Desa Gemampir, Kecamatan Karangnongko tidak hanya dikenal sebagai penghasil buah durian. Tapi warga juga menggantungkan hidup sebagai perajin wayang gedog atau klitik. Salah satunya, Suparno, 54, sang pembuat wayang petruk dalam gelaran Gora Swara Nusantara di acara Sumpah Pemuda akhir Oktober lalu.
    -----------------
    ANGGA PURENDA, Klaten
    ------------------------
    SEBUAH pagelaran seni di Sabo Dam Karangbutan, Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, tak lazim digelar. Pagelaran kesenian yang dinamakan ”Gora Swara Nusantara” itu tidak biasa karena mengambil tempat di Kali Woro. Selama ini dikenal sebagai aliran lahar dingin Gunung Merapi. Namun acara itu berhasil digelar dan menyedot perhatian banyak kalangan.

    Di antaranya wayang yang digelar, ada sebuah wayang raksasa yang mengambil tokoh Petruk berbahan kayu sengon yang dikerjakan Suparno, 54, salah satu perajin desa setempat. Wayang gedok atau klithik itu dipesan panitia dalam acara tersebut. Wayang itu memiliki tinggi 3 meter, lebar 140 sentimeter, dan tebal 3,5 sentimeter.
    Bersama tiga rekannya,Suparno sudah mulai mengerjakan wayang raksasa itu sejak pertengahan September lalu. ”Tidak ada kesulitan yang berarti. Hanya saja ukurannya lebih besar dari biasanya,” terangnya kemarin.

    Selama mengerjakan wayang itu membutuhkan ketelitian hingga membentuk tokoh Petruk. Tokoh wayang ini dikenal masyarakat sebagai salah satu ”penunggu” Gunung Merapi. Pemaknaan itu untuk mengingatkan masyarakat sekitar yang menggantungkan hidup pada pasir Merapi untuk tetap menjaga keseimbangan dan keselarasan alam.

    Masyarakat tidak terus-menerus melakukan eksplorasi alam tanpa menjaga keutuhan alam. Sudah saatnya masyarakat melakukan koreksi diri serta meneladani tokoh Petruk yang dikenal sebagai pamomong Gunung Merapi. Sebab keberadaan Gunung Merapi sendiri dimaknai sebagai sumber kehidupan masyarakat Klaten.

    Kehadiran Gora Swara Nusantara diharapkan mampu menjadi penyemangat kepedulian masyarakat dan Pemkab Klaten terhadap lingkungan. Pasalnya, di sepanjang aliran dilakukan eksploitasi dengan melakukan penambangan material vulkanis secara besar-besaran yang membuat kerusakan pada lingkungan. (*/un)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top