• Berita Terkini

    Selasa, 08 November 2016

    Jembatan Timbang Tak Beroperasi, Rp 7 Juta Per Hari Melayang

    KHOLID KHAZMI/RADAR KUDUS
    REMBANG – Mobil angkutan  barang yang melewati Sarang, Rembang, sementara boleh bebas. Jembatan timbang (JT) di Desa Temperak, yang mengontrol kelebihan muatan, tak beroperasi. Truk yang melintas di sana tak perlu masuk ke JT itu. Mereka yang melanggar batas muatan pun tak perlu membayar denda.

    Penutupan jembatan timbang ini nyaris bersamaan dengan ramainya gerakan pemberantasan pungutan liar (pungli). Namun, salah seorang petugas mengatakan penutupan JT itu dikarenakan alat timbangnya mengalami kerusakan. Itu terjadi sejak 17 Oktober lalu. Akibatnya, setiap hari sekitar Rp 7 juta tak bisa masuk ke Pendapatan Asli Daerah (PAD) Jawa Tengah (Jateng).

    Pantauan Jawa Pos Radar Kudus kemarin, kondisi JT sepi. Tak ada truk keluar masuk seperti biasanya. Padahal, ketika masih beroperasi, ribuan truk dan angkutan barang lainnya yang dari arah Surabaya harus melewati jembatan itu. Truk yang kelebihan muatan harus membayar denda.

    Ada yang menduga JT ditutup karena sedang ramainya pemberantasan pungli. Sudah menjadi rahasia umum, JT digunakan oleh oknum-oknum tertentu untuk memperoleh keuntungan pribadi. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pernah mendapati salah satu jembatan timbang digunakan sebagai ajang pungli. Dia melihat langsung mel-melan di sana. Gubernur pun marah-marah.

    Salah satu petugas JT Sarang yang enggan disebutkan namanya memastikan penutupan sekarang murni karena alat ukur timbangannya mengalami kerusakan. Namun, dia belum mengetahui secara pasti penyebab kerusakan. Perkiraannya karena hujan. ”Kemungkinan alatnya terkena air,” ujarnya.

    Petugas jaga ini menunjukkan kerusakan alat timbang tersebut. Senin (7/11) pagi, di atas timbangan terdapat satu mobil Kijang Innova milik salah satu petugas. Layar monitor menampilkan hasil timbangan seberat 17.260 kilogram. Padahal, berat kosong mobil tersebut hanya sekitar 1.600 kilogram.

    Meskipun tak dioperasikan, seluruh petugas tetap masuk kerja di kantor tersebut sesuai pembagian jam kerja. Saat Jawa Pos Radar Kudus menyambanyi kantor JT Sarang, tujuh petugas yang ada di sana hanya bisa ngobrol ringan dengan rekan kerjanya. ”Meski tak beroperasi karena rusak, kami tetap siaga sesuai shift kerja masing-masing,” jelasnya.

    Kepala Unit Pelaksana Perhubungan (UPP) Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dinhubkominfo) Jateng wilayah Pati Heribertus Slamet Widodo membenarkan JT Sarang ditutup karena terjadi kerusakan pada alat timbang. Hal itu telah dilaporkan ke Dinhubkominfo Jateng.

    Dia menambahkan, setiap hari jika beroperasi normal JT Sarang bisa menyumbang sekitar Rp 7 juta ke PAD Jateng. Sedangkan, jumlah tilang yang ada di JT tersebut per harinya berkisar antara 50 hingga 70 kendaraan.

    Sejauh ini, UPP wilayah Pati sebenarnya telah menerjunkan tim untuk memperbaiki alat tersebut. Sempat berhasil, namun tak lama kemudian alat itu kembali tak berfungsi seperti normalnya. ” Kerusakan sejak 17 Oktober malam. Sudah kami laporkan ke provinsi. Namun, kami belum tahu kapan tim dari provinsi diterjunkan untuk memperbaiki,” pungkasnya. (lid/lil)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top