• Berita Terkini

    Rabu, 16 November 2016

    Fanesha Chairaman, Gadis Kecil Pengidap Myelodysplasic Syndrome (MDS)

    DANNY LUTVI HIDAYAT/RADAR KUDUS
    Tubuhnya Mengecil, Hanya Bisa Terbaring di Kamar

    Tepat Agustus lalu, penyakit berbahaya menyerang gadis kecil Fanesha Chairaman, 3. Semula diagnosanya diare. Ternyata bukan. Tubuhnya mengecil. Dia diduga terkena Myelodysplasic Syndrome (MDS). Kini, balita tersebut hanya bisa terbaring di kamar.
    ----------------------
    DANNY LUTVI HIDAYAT, Pati
    ----------------------
    CUACA sore itu tidak begitu bersahabat. Hujan deras disertai angin kencang mengguyur hampir seluruh wilayah Pati. Begitu juga di rumah milik Suparman, 39, warga Desa Trangkil, Pati. Di rumah sederhananya itu, terlihat seorang gadis cilik terbaring tak berdaya di atas kasur yang ditempatkan di ruang tengah rumah.

    Dengan pakaian khas etnik Tionghoa itu, anak tersebut hanya bisa diam. Tidak seperti anak seusianya. Itu disebabkan, penyakit menggerogorti tubuh mungilnya. Perempuan berusia 3,5 tahun yang ketika lahir memiliki berat badan hampir 3,5 kilogram itu, kini kehilangan masa kecilnya. Dia sudah tak bisa bermain layaknya anak-anak seumurannya.

    Tatapan matanya hanya terpaku pada langit-langit rumah. Sesekali, rengekan memanggil ibunya juga terdengar dari mulutnya. Dia merupakan putri kedua dari pasangan Suparman dan Chairani. Namanya Fanesha Chairaman, 3,5. Sejak Agustus lalu, mengidap penyakit misterius. Kini, hanya bisa terbaring lemas di rumah.
    Ayahnya Suparman menceritakan, sebelum terkena penyakit misterius ini, gadis ciliknya itu begitu cerianya. ”Awalnya gejala munculnya penyakit yang hinggap di tubuh putrid saya ini hanyalah diare,” katanya.

    Ketika di bawa ke dokter, didiagnosa terjangkit infeksi saluran pencernaan. Namun setelah beberapa hari kemudian, keanehan muncul. Perut Fanesha semakin membesar dan gejala diarenya pun tak kunjung sembuh.

    ”Seketika itu saya langsung bawa ke rumah sakit di Pati. Awalnya ingin dirawat di rumah sakit di Pati saja, namun sejumlah RS di Pati tidak sanggup dan ternyata harus dirujuk ke RS Kariadi Semarang. Dari hasil lab dan pemeriksaan dokter, Fanesha didiagnosa terkena Myelodysplasic Syndrome (MDS) dengan RAEB-2/ Preleukemia,” jelasnya.

    MDS sendiri, merupakan kumpulan kelainan dari sel punca (stem cell) darah yang ditandai dengan terganggunya proliferasi dan pendewasaan sel hematopoiesis. Sebagian besar sindroma ini mengenai penderita berumur lebih dari 50 tahun. Penyebab MDS ini masih belum diketahui. Kemungkinan karena paparan bahan kimia atau akibat radioterapi dan kemoterapi penyakit yang lain.

    Setelah didiagnosa penyakit berbahaya itu, bocah Fanesha harus menjalani rawat inap di RS Kariadi pada 2 Oktober lalu. Di sana, dia mendapatkan terapi dan langkah medis dari dokter untuk menyembuhkan penyakitnya. Sebulan penuh balita ini terbaring di bangsal RS.

    ”Berbagai langkah dari dokter sudah dilakukan. Pengambilan sampel darah juga dilakukan lebih dari lima kali. Semuanya sudah dicek. Bahkan, sampel tulang belakang juga diambil pihak dokter,” bebernya.

    Karena tidak tega melihat anaknya diinfus hingga berbulan-bulan, pada 4 November lalu Suparman dan istrinya memutuskan agar Fanesha dibawa pulang. Sebab, selama menunggi anaknya di Semarang, pekerjannya yang hanya punya toko kelontong terbengkalai. Istrinya yang biasanya berjualan di pasar juga tidak bekerja lagi karena harus selalu ada di samping buah hatinya itu.

    ”Mau tidak mau ya saat ini tidak dirawat di RS dulu. Terlebih, selama sebulan di RS Kariadi kami menilai tidak ada perkembangan kesembuhan yang berarti. Bahkan, gejala diare juga masih dirasakan Fanesha. Meski sudah tidak dirawat di RS, kami tetap melakukan kontrol di klinik Pati,” urainya.
    Selain menempuh jalur medis, sebagai orang tua juga berusaha menempuh sejumlah langkah. Di antaranya, mencoba beberapa pengobatan alternatif. Dengan pengobatan itu, dia berharap kesembuhan Fanesha bisa didapatkan.

    ”Ya saat ini bisanya berusaha semaksimal mungkin. Di RS Kariadi ya tidak ada perkembangan berarti. Ini kami berusaha untuk menempuh pengobatan tradisional. Saat ini masih mencari informasi terkait adanya pengobatan tradisional itu,” bebernya.
    Pihaknya juga meminta doa dari masyarakat Pati. ”Semoga putri saya bisa kembali bermain dan menikmati masa kecilnya,” harapnya. (*/lil)
       

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top