• Berita Terkini

    Minggu, 06 November 2016

    Dari Tur Malaysia Journalist Competition Astra Motor 2016 (bag 2-Habis)

    Gemar Belanja, Wisatawan Indonesia Disukai di Malaysia
    fuadhasyim/ekspres

    Bagi Malaysia, Sirkuit Sepang bukan hanya sekedar tempat ajang balapan kelas dunia saja. Di tempat inilah, negeri jiran itu mendulang pemasukan yang luar biasa. Sepang juga sebuah kebanggaan sekaligus pelecut kemajuan teknologi negeri Ipin-Upin tersebut.
    --------------------------
    M Fuad Hasyim - Kuala Lumpur

    Sejak dibuka tahun 1999, Sirkuit Internasional Sepang (SIC) selalu menjadi langganan untuk even-even balap motor kelas dunia, seperti F1 dan juga MotoGP. Malaysia sepertinya sangat serius menjadikan Sepang sebagai salah satu 'tambang emas' penghasil devisa negara. Terutama ketika seri MotoGP digelar.

    Ini tak berlebihan karena jumlah penonton MotoGP di sirkuit yang dirancang Hermann Tilke ini selalu membludak. Bahkan tiket selalu sold out jauh-jauh hari sebelum even MotoGP digelar. Tahun ini saja diprediksi ada sekitar 60 ribu penonton yang memadati sirkuit Sepang.

    Dan Malaysia sepatutnya berterima kasih kepada Indonesia. Sebab, banyak warga Indonesia yang berbondong-bondong menuju sirkuit guna mendukung pebalap MotoGP kesayangannya. Tak main-main, jumlahnya mencapai ribuan. "Perkiraan saya, warga Indonesia yang ke Sepang tahun ini bisa 2 ribuan, bahkan lebih," kata Mr Azhari, guide local yang memandu rombongan pemenang Journalist Competition Astra Motor 2016 selama di Malaysia.

    Penonton dari Indonesia sebagian besar datang berombongan. Mulai dari yang hanya berdua, hingga yang berjumlah ratusan. Lusi dan Sifa misalnya. Dua gadis muda asal Bogor ini nekat datang ke Malaysia hanya demi menonton aksi Valentino Rossi langsung di sirkuit. "Modal nekat aja bang, ada temen juga sih disini nanti juga nginep disana," kata Lusi kepada Ekspres saat bertemu di Kuala Lumpur International Airport (KLIA), Sabtu (29/10) malam waktu Malaysia.

    Lain lagi cerita Tanto Suhendro (46). Bapak tiga anak ini datang ke Sepang bersama komunitasnya yang tergabung dalam Kremush Bojonegoro Jawa Timur.

    "Sungguh penasaran pengin lihat aksi Rossi di lintasan, alhamdulillah bisa kesampaian," ujar pria yang mengaku habis sekitar Rp 6 juta untuk biaya ke Malaysia.
    Menurut Azhari, penonton dari Indonesia lebih disukai karena mereka gemar belanja. Selain nonton MotoGP, wisatawan Indonesia biasanya juga berwisata ke sejumlah lokasi lain.
    "Mereka biasanya ikut paket tour dan disini tak hanya 1-2 hari saja," kata Azhari.

    Dia tak membantah, even balapan, terutama MotoGP dan Formula 1 menjadi berkah bagi warga Malaysia. Bahkan dia menganalogikan setiap 1 orang wisatawan mampu memberi nafkah 15 pekerja. Mulai pilot, pramugari, pengusaha hotel, pedagang cinderamata, termasuk pemandu wisata.

    Rata-rata, lanjut pria bertubuh subur ini, tiap wisatawan menghasilkan 500-1000 US Dollar selama berada di Malaysia tiap ada event balapan.
    Ini tentu sangat berdampak positif bagi dunia pariwisata yang muaranya pada peningkatan perekonomian bagi Malaysia yang memiliki jumlah penduduk sekitar 30 juta jiwa ini. "Impactnya sangat luar biasa, karena jutaan penonton tertuju ke Malaysia, tentu ini sebuah promosi yang sangat bagus," ucap Azhari.

    Disisi lain, keberadaan Sirkuit Sepang juga menjadi loncatan teknologi bagi Malaysia. Selama 15 tahun terakhir, Malaysia belajar banyak mengenai teknologi canggih yang diterapkan di motor ataupun mobil balap. Petronas dan Proton menjadi bukti nyata keberhasilan Malaysia mengadopsi teknologi canggih itu.

    "Jika ingin lebih maju Indonesia harus memiliki sirkuit balap yang representatif," imbuhnya ditengah perjalanan pulang rombongan Journalist Competition Astra Motor 2016 dari Sirkuit Sepang menuju Hotel Dorsett.

    Usai seharian penuh melihat dan mendengar raungan dahsyat mesin khas Moto GP, rombongan kemudian dibawa menuju kawasan perbelanjaan Sungai Wang di pusat Kota Kuala Lumpur. Disini, wisatawan dapat berbelanja berbagai souvenir dengan harga yang miring.

    Puas berbelanja, rombongan pulang ke hotel untuk beristirahat. Keesokan harinya, rombongan chek out dari hotel dan menuju Kota Melaka, kota bersejarah yang terdaftar dalam UNESCO World Heritage. Namun sebelumn menuju Kota Melaka, terlebih dahulu rombongan Journalist Competition Astra Motor 2016 melakukan city tour dengan mengunjungi sejumlah tempat yang dijadikan destinasi wisata di sepanjang Jalan menuju Kota Melaka.
    Sebut saja seperti Menara Kembar Petronas yang disebut-sebut sebagai menara kembar tertinggi di dunia. Destinasi selanjutnya adalah Istana Negara, Merdeka Square dilanjutkan ke Menara Kuala Lumpur.
    .
    Di Menara Kuala Lumpur, tour guide lokal Malaysia mengajak kami untuk naik di ketinggian 400 meter di dalam menara menggunakan Lift. Di dalam Menara Kuala Lumpur, pengunjung dapat menikmati langsung pemandangan di Kota Kuala Lumpur. Selanjutnya, rombongan Astra Motor melanjutkan perjalanan menuju Istana Negara, Malaysia. Di tempat ini tak lebih dari 20 menit, dimanfaatkan untuk mengambil foto dokumentasi perjalanan peserta Journaslits Competitioan Astra Motor 2016.

    Berikutnya hari ketiga di Malaysia, rombongan wartawan menuju Negeri Melaka dengan jarak tempuh dari Kuala Lumpur sekitar tiga jam. Di Negeri Melaka, disuguhkan dengan obyek wisata Kota Tua yang dikemas cukup menarik, sehingga menjadi destinasi unggulan di daerah tersebut.
    Tak heran jika Negeri Melaka ini menjadi idola bagi wisatawan mancanegara. Selain dapat melihat peninggalan bersejarah 700 tahun silam, wisatawan juga dapat melihat sejumlah peninggalan bersejarah lainnya seperti Gereja ST Peter's Chruch, Stadthuys. (*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top