IMAM/EKSPRES |
Hal ini tentu mengundang keprihatinan banyak pihak. Mengingat, sebenarnya ada cara positif menyalurkan ekspresi lewat seni mural grafitti. Seperti yang dilakukan salah satu anggota komunitas mural graffiti dari Yogyakarta bernama Faozi (26) ini.
Faozi mengatakan, mural graffiti merupakan solusi bagi para pelaku vandalisme menyalurkan kreatifitasnya dengan benar. Mural graffiti juga dilaksanakan dalam upaya untuk mengurangi aksi vandalisme. Diakui atau tidak aksi vandalisme merupakan sebuah ungkapan atau cara yang dilakukan untuk memperoleh eksistensi, hanya saja dilaksanakan dengan cara yang kurang tepat.
“Maka dari itu pelaku vandalisme sebenarnya butuh diarahkan, sehingga hobi mereka dapat tersalurkan dengan baik melalui jalan yang tepat,” ucapnya saat ditemuai Ekspres di jalan Kebumen-Gombong, baru-baru ini.
Faozi sendiri adalah pelaku aksi vandalisme yang "bertobat". Dia meninggalkan hobi negatifnya ity dan beralih ke dunia mural Graffiti pada tahun 2009. Selama tujuh tahun menekuni seni mural, kini Faozi kerap menerima order untuk mengecat dinding. Menurutnya, sebelum mengecat tembok, pihaknya terlebih dahulu meminta kepada si empunya dinding. Mural graffiti kerap dianggap positif oleh yang masyarakat, bahkan terkadang yang mempunyai dinding dengan suka rela memberi cat. “Sebenarnya ini merupakan sebuah hobi, maka dari itu kami melakukan dengan senang hati,” terangnya.
Para pencinta mural Graffiti harus rela mengorbankan uangnya untuk membeli cat semprot, cat tembok dan cat minyak untuk menyalurkan hobinya. Padahal sekali melukis dapat menghabiskan puluhan minyak semprot. “Kalau order, ukuran dua meter persegi, ongkos lelahnya mencapai Rp 500 ribu. Semua cat dari yang disediakan oleh yang meminta,” paparnya. (mam)