• Berita Terkini

    Senin, 03 Oktober 2016

    Warga Dua Desa di Kebumen ini Andalkan Rakit

    SAEFUR/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Alat transportasi berupa rakit atau sampan masih menjadi andalan sejumlah warga masyarakat di Kabupaten Kebumen. Seperti di Sungai Luk Ulo persisnya di Bendungan Kedungsamak Desa Kemangguan Kecamatan Alian ini. Rakit itu menjadi penghubung warga Desa Kemangguhan Kecamatan Alian dan Desa Kebagoran Pejagoan serta daerah sekitarnya.

    Warga memilih menggunakan rakit lantaran jaraknya lebih dekat. Setiap harinya, puluhan warga menyeberangi sungai Luk Ulo dengan rakit milik Sukarso (50)
    warga Desa Kebagoran Kecamatan Pejagoan.

    Salah satu warga, Sadir (38) mengatakan, menyebrangi Sungai Lukulo dengan rakit untuk menghemat waktu dan biaya. Mengingat, jalan yang ada saat ini jarak tempuhnya jauh yakni melalui Jembatan Tembana, Kecamatan Kebumen. "Kalau menyebrang sungai lebih cepat. Lebih hemat, dan murah soalnya kalau lewat jembatan kejauhan harus muter dulu jadi tambah lama," katanya ditemui, kemarin.

    Sukarso sendiri sudah membuka usaha jasa penyeberangan rakit sejak tahun 2012. Selain ditangani sendiri, rakit itu seringkali dioperasikan oleh anaknya, Mujib Durohman (20). Mujib tak sendiri, dia ditemani dua orang rekannya Daryono (26) dan Dana Tutuko (15).

    Menurut ketiga remaja tersebut, setiap harinya ada puluhan warga yang memakai jasa rakit mereka. Sebagian diantaranya membawa sepeda motor. "Ya sekitar 15 sampai 20 orang lah. Kalau musim hujan dan Lu ulo banjir, biasanya penyeberang akan ramai. Namun kalau air lagi surut, warga lebih memilih untuk melintas di bendungan kedung samak," ujar Mujib.

    Disinggung soal tarif, mereka menjawab serempak tak ada patokan. Sebab, tarif itu tergantung dari kerelaan para pemakai jasa mereka. Hanya, untuk sepeda motor memang dikenakan tarif Rp motor 300-500 sedangkan bagi warga umum yang tak menggunakan kendaraan tidak ditentukan. Oleh sebab itu, penghasilan dari hasil usaha jasa penyeberangan itupun tak menentu. "Kalau lagi ramai bisa dapat Rp 200 ribu. Tapi kalau sepi ya paling Rp 50 ribu  100 ribu," ujar Tutuko.

    Mujib mengatakan, uang hasil jasa penyeberangan itu selanjutnya dibagi dengan dua rekannya tersebut. Selebihnya, untuk dipakainya sendiri dan disetorkan kepada ayahnya, selaku pemilik rakit.(saefur/cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top