• Berita Terkini

    Selasa, 04 Oktober 2016

    Reka Ulang, Abdul Gani Dibunuh Dalam 74 Adegan

    SURABAYA – Misteri kemadian Abdul Gani di tangan para eksekutor suruhan Kanjeng Dimas Taat Pribadi terkuak. Lewat rekonstruksi yang dilakukan di beberapa lokasi di Padepokan Dimas Kanjeng, Desa Wangkal, Kecamatan Gading, Probolinggo kemarin (3/10), terlihat korban tewas seusai dipukul dan dijirat dengan tali bagian lehernya.


    Dalam rekonstruksi tersebut, ada 5 tersangka yang dihadirkan untuk memperagakan 74 adegan terbunuhnya Gani. Mereka adalah Wahyu Wijaya, Kurniadi, Wahyudi, dan Ahmad Suryono. Tak ketinggalan, dalang dibalik aksi pembunuhan tersebut, Dimas Kanjeng, juga dipulangkan ke ‘istana’nya untuk sementara agar proses rekonstruksi berjalan dengan baik.
    Ada sekitaran 15 adegan penting yang ditandai dalam rekonstruksi tersebut. diantaranya proses terbunuhnya Gani yang dilakukan oleh tiga tersangka yakni, Wahyu Wijaya, Kurniadi, dan Boiron. Juga bagaimana sosok Muryat Subianto, yang kini masih DPO, turut merenanakan proses pembunuhan tersebut.


    Reka ulang dimulai sekitar pukul 10.00. polisi meminta tiga Wahyu, Kurniadi, dan Boiron menunjukkan bagiaimana ketiganya membagi tugas dalam mengeksekusi Gani. Rekonstruksi itu dilakukan di Asrama Putra Padepokan Dimas Kanjeng yang menjadi TKP pembunuhan Gani pada 13 April lalu.


    Gedung Asrama Putra sendiri banyak digunakan untuk ruang rapat para sultan dan tempat istirahat mereka. Berlantai dua, gedung itu cukup megah dibandingkan bangunan di sekitarnya. Letaknya tepat di samping timur rumah dari Dimas Kanjeng.


    Nah, dalam rekonstruksi kemarin, hanya lantai 1 saja yang digunakan. Tepatnya ruang tamu. Sebab, di ruangan itu Wahyu Wijaya, Kurniadi, dan Boiron (DPO) membunuh Gani. Dengan cara dipukul dan dicekik.


    Reka ulang itu terlihat Kurniadi yang memulai eksekusi pada korban sekitar pukul 08.00. Dia bertugas memukul bagian belakang korban dengan pipa besi saat akan menerima uang pinjaman sebesar Rp 130 juta dari Wahyu Wijaya. Gani tersungkur ke lantai, dan Kurniadi langsung menguncinya dengan menindih tubuh korban.


    Disini Boiron ambil alih. Dengan tali parasit yang sudah dipersiapkan, dia mencekik leher Gani dari atas ke arah depan.   Dia juga sempat menutup wajah korban dengan kresek warna biru.


    Gani yang sudah dalam keadaan sekarat langsung dihabisi oleh Wahyu WIjaya. Dengan lakban yang sudah disimpan di atas lemari ruangan itu, dia mengakhiri nyawa korbannya. Yakni dengan melakban kepala korban dari leher hingga hidung.

    Adegan yang lain, sebelum masuk ke dalam mobil, tersangka Wahyu Wijaya masih sempat menelanjangi tubuh Gani. Mayat mantan sultan itu juga dimasukkan dalam container plastic . lantas, jenasahnya dimasukkan dalam mobil avanza hitam yang dikendarai oleh Rahmad Dewaji. Lantas dibuang di Waduk Gajah Mungkur, Wonogiri, Jawa Tengah.


    Sementara itu, reka ulang itu juga menghadirkan secara langsung Rahmad Dewaji, salah satu tersangka yang masih jadi anggota aktif di TNI-AU. Dengan penjagaan ketat dari pasukan TNI, Rahmad Dewaji didatangkan sebagai saksi dalam kasus rekonstruksi kemarin.



    Seperti yang dijelaskan oleh Kepala Penerangan Lanud Abdurahman Sholeh Mayor Hamdi Londong. Dia membenarkan dalam reka ulang tersebut tersangka hanya dating sebagai saksi. Tapi dalam BAP TNI-AU. Rahmad Dewaji sudah ditetapkan sebagai tersangka. "Untuk sanksinya kita lihat penyelidikan lebih dulu. Yang jelas dia anggota aktif di bagian Pertahanan Pangkalan, "katanya.

    Semenjak Rahmad ditangkap, Londong menjelaskan sudah memeriksa beberapa anak buahnya di kesatuan. Ditemukan ada 5 orang termasuk Rahmad Dewaji yang merupakan pengikut setia dari Dimas Kanjeng. ’’Ini kami akan data lagi, kalau memang masih ada bakal kita berikan pembinaan lebih lanjut,’’ bebernya.


    Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Raden Prabowo Argo Yuwono mengatakan reka ulang itu awalnya hanya ada 67 adegan saja. Karena kondisi di saat reka ulang terjadi, akhirnya adegan tersebut berkembang menjadi 74. ’’Ada beberapa hal memang yang baru ditemukan disini, jadi adegan yang sudah disusun sebelumnya dikembangkan lagi,’’ terangnya.


    Misalnya, saat   Dimas Kanjeng memberikan sejumlah uang ke ornag kepercayaannya bernama Pi’i. uang itu rencananya akan diberikan kepada Wahyu Wijaya sebagai iming-iming agar Gani mau dating ke padepokan
     Atau juga saat tersangka Rahmad Dewaji duduk di pojok pendopo Padepokan Dimas Kanjeng, dalam berkas rekonstruksi tidak dijelaskan hal tersebut. Padahal, Rahmad Dewaji menunggu kedatangan Gani saat itu. Ini menjadi sentral saat jadi pengemudi mobil avanza yang membuang mayat Gani ke Wonogiri.

     

     

    Jadi Tontonan Masyarakat

    Kekhawatiran akan adanya tindak anarkis dari pengikut setia Kanjeng Dimas Taat Pribadi dalam reka ulang kemarih (3/10) tidak terbukti. Walau masyarakat yang hadir cukup banyak, namun kondisi tetap bisa dikendalikan. Terlebih, sekitara 1.000 personil kepolisian langsung diterjunkan untuk mengamankan lokasi.

                           Kabidhumas Polda Jatim Kombespol Raden Prabowo Argo Yuwono menjelaskan memang ada tambahan jumlah personil saat reka ulang kemarin. Tambahan berasal dari Polres Probolinggi dan korps brimob di Watu Kosek. Pihaknya sendiri sesuai yang sudah dipersiapkan sebelumnya hanya mendatangkan sekitaran 300 personil bersenjata lengkap di lokasi. ’’Syukur kalau keadaannya terkendali, jadi proses rekonstruksinya bisa berjalanlancar,’’ katanya.

                           Reka ulang pembunuhan Abdul Gani jadi tontonan seru bagi warga desa Wangkal. Selain jarang melihat ribuan polisi bersenjata lengkap, desanya juga tidak pernah dimasuki kendaraan sejenis Barracuda. Tak salah, jika sekitaran lokasi reka ulang mendadak jadi tempat wisata bagi warga.

                           Tidak hanya itu, sebagian warga lain rela berpanas-panasan dating hanya untuk melihat sosok Dimas Kanjeng. Sri Wastuti, 46, misalnya, walau tinggal sekitar 7 kilometer dari Padepokan Dimas Kanjeng, tapi dia tidak pernah melihat sosok kyai pengganda uang itu secara langsung. ’’Lihat di tv saja, tidak pernah melihat langsung,’’ ungkapnya.

                           Ada juga Nanang HErmanto, 50, yang jauh-jauh dating dari Jombang hanya untuk melihat lokasi Padepokan Dimas Kanjeng. Menurutnya, jika tidak ada rekonstruksi semacam itu, dia tidak akan bisa melihat ‘istana’ Dimas Kanjeng secara langsung. ’’Dari pintu gerbang depan sudah dijaga. Tidak boleh masuk kalau belum jadi pengikut,’’ bebernya. (rid)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top