• Berita Terkini

    Rabu, 12 Oktober 2016

    Hari Sadono Masih Bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng

    Kerabat Hari Sadono, Singgih Setiawan/fotoIMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Salah satu korban Dimas Kanjeng Taat Pribadi (DKTP) Hari Sadono (38) warga RT 2 RW 5 Desa Lembupurwo Kecamatan Mirit hingga kini, masih bertahan di Padepokan Dimas Kanjeng Taat Pribadi di Dusun Sumber Cengkelek Desa Wangkal Kecamatan Gading Kabupaten Probolinggo. Upaya pihak keluarga untuk mengingatkan Hari bahkan tak mempan.

    Hal itu diungkapkan kakak kandung Hari Sadono, Singgih Setiawan (41), kemarin.Menurut Singgih, adiknya itu memang menjadi pengikut DKTP sejak tahun 2013. Sejak saat itu hingga kini, Hari jarang pulang ke rumah. " (sejak bergabung dengan DKTP) Adik saya (Hari Sadono) hanya sesekali pulang ke rumah, itu pun hanya dua sampai tiga hari saja. Setelah itu dia berangkat kembali ke Padepokan," katanya. Selasa (11/10/2016).

    Wawan menjelaskan, adiknya pernah mencoba mengajaknya untuk bergabung dengan DKTP. Ajakan sama juga disampaikan kepada sejumlah tetangga mereka. Namun setahu Wawan, tak ada yang mau menuruti ajakan Hari Sadono bergabung dengan DKTP. Termasuk dirinya, juga menolaknya. Terlebih, untuk menjadi anggota DKTP, mereka harus mendaftar sebanyak Rp 2,5 juta. "Setahu saya di desa kami, hanya adik saya yang menjadi anggota DKTP,"imbuhnya.

    Wawan mengaku cukup menyayangkan keputusan adiknya bergabung dengan DKTP. Apalagi, sejak bergabung dengan DKTP, sikap adiknya itu berubah. Acapkali, hari Sadono meminta kiriman uang dari rumah. Padahal sebelum itu, Hari Sadono sudah cukup mapan lantaran menjadi pemborong kecil-kecilan di Jakarta.

    Menurut pengamatan Wawan, jika dilihat dari ajarannya DKTP tidak ada yang melenceng. Pengikutnya menjadi taat berzikir dan beribadah. Namun mengenai penggandaan uang Wawan memang  sangat tidak setuju. Sebab tidak mungkin hanya dengan duduk dan berzikir maka uang akan datang dengan sendirinya. “Bagi saya kalau mau kaya ya kerja, tidak mungkin hanya dengan duduk berzikir uang akan datang,” terangnya.

    Wawan sendiri mengaku kerap menasihati adiknya, namun Hari tetap yakin jika ajaran DKTP adalah benar.  Seakan tidak menginginkan duniawi, yang dilakukan tiap hari yang dilakukan hari adalah berzikir dan dakwah. “Ini seperti ajaran thoriqoh yang mempunyai kepatuhan penuh kepada sang mursid. Adik saya seperti telah dicuci otaknya,” ungkapnya.

    Dengan adanya kasus seperti ini Wawan sendiri menghimbau kepada masyarakat, agar tidak mudah tergoda dengan hal-hal yang di luar akal logika manusia. Jangan mudah tergiur modal sedikit dengan iming-iming untung yang sangat besar. “Cukup kiranya adik saya yang menjadi korban, saya berharap tidak ada yang lain lagi,” paparnya.

    Terpisah Kaposek Mirit Iptu Sapto Wahono mengatakan, hingga kini belum ada keluhan atau laporan dari masyarakat terkait korban DKTP.“Hari Sadono memang merupakan warga Desa Lembupurwo, namun dia telah lama tidak berdomisili di wilayah Kecamatan Mirit,” ucapnya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top