• Berita Terkini

    Sabtu, 17 September 2016

    Thawalib Gunung Padangpanjang Siap Jadi Pesantren Penulis

    Penyair Sulaiman Juned memberikan materi baca dan cipta puisi 
    PADANGPANJANG – Pondok Pesantren Thawalib Gunung Padangpanjang, Sumatra Barat, siap menjadi pesantren yang melahirkan penulis.



    “Banyak santri yang berbakat menulis di pesantren kami, dan ini akan kami asah,” kata Ustaz Abdul Hamid, Guru Bahasa dan Sastra Indonesia Pondok Pesantren Thawalib Gunung Padangpanjang, Jumat (16/9).



    Sebagai bentuk keseriusan dan tekad tersebut, di hari yang sama, Pondok Pesantren Thawalib Gunung menggelar Seminar Menulis Kreatif dengan narasumber Sulaiman Juned (Penyair, Sutradara, Dosen Teater) dan Muhammad Subhan (Penulis dan pegiat Forum Aktif Menulis Indonesia).



    Sulaiman Juned membahas materi baca dan cipta puisi. Menurut Doktor Seni lulusan ISI Solo yang saat ini mengajar di Jurusan Teater ISI Padangpanjang ini, membaca dan mencipta puisi itu mudah.



    “Baca puisi, selain menghayati isi puisi, juga harus mampu mengolah vokal. Latihan pernapasan penting,” kata Sulaiman Juned yang baru menerbitkan buku puisi tunggal “Negeri di Atas Kabut”.



    Sedangkan menulis puisi, tambah Sulaiman, dibutuhkan kemampuan berimajinasi, mengolah kata, dan banyak membaca.



    “Kuncinya berani mencoba. Ada puisi yang ditulis hanya satu kata, puisi ‘Doa’ karya Hamid Jabbar, misalnya. Isi puisi itu cuma kata; ‘Amin’,” papar Sulaiman Juned disambut tawa peserta yang terdiri dari santri setingkat MTs dan MA di pesantren tersebut.



    Sementara Muhammad Subhan menyampaikan materi penulisan novel dan cerpen. Dia menekankan pentingnya mengembangkan ide dan mendramatisir konflik agar cerita yang ditulis hidup dan enak dibaca.



    “Ide cerita bisa didapat di mana saja; di jalan, di pasar, di rumah, di pondok pesantren, maupun pada diri sendiri,” kata penulis novel “Rumah di Tengah Sawah” itu.



    Untuk tahap pemula, dia menganjurkan peserta mengambil ide dari diri sendiri, sebab lebih mudah ditulis. Dia memberi contoh novel-novel populer seperti “Laskar Pelangi’ karya Andrea Hirata dan ‘Negeri Lima Menara’ Ahmad Fuadi yang mengutip ide cerita dari kehidupan masa kecil pengarang.



    “Jika nanti sudah mahir menulis, lompatlah lebih jauh, pungut ide lain di luar diri, terutama tema-tema sosial yang terjadi di sekitar kita,” paparnya.



    Pimpinan Pondok Pesantren Thawalib Gunung Padangpanjang diwakili Kepala Bagian Kesiswaan, Ustaz Ambrizal, S.Ag., dalam sambutannya mengatakan, pihak pondok sangat mendukung diadakannya Seminar Kepenulisan tersebut.



    “Ini akan memotivasi santri-santri kami untuk menulis, sebab menulis adalah salah satu cara berdakwah,” ujarnya.



    Pada kesempatan tersebut Sulaiman Juned dan Muhammad Subhan menyumbangkan sejumlah buku dan majalah sekolah untuk peserta dan perpustakaan di Pondok Pesantren tersebut. (*)

    Penulis:
    IRFA SAYIDATUR ROHMAH

    Humas FAM Indonesia

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top