• Berita Terkini

    Sabtu, 24 September 2016

    Musim Panen, Harga Bengkoang Jatuh

    saefur/ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Datangnya musim panen bengkoang ternyata tak dinikmati para petani maupun para  pedagang bengkoang di Kecamatan Prembun. Stok melimpah setelah musim panen malah diikuti jatuhnya harga bengkoang. Penjualan pun menjadi sepi.

    Sri Mulyati (42) salah satu pedagang bengkoang ditemu di tepi jalan Raya Prembun mengaku terpaksa membanting harga bengkoang demi meraih pembeli. Bila pada musim lebaran lalu, harga perikat Rp 4-6 ribu, kini bengkoang hanya dipatok Rp 2500. "Itupun tidak mesti laku," keluhnya.

    Turunnya harga, kata Sri, lantaran stok bengkoang melimpah karena saat ini memasuki musim panen.

    Di tingkat petani, bengkoang biasa dijual dengan sistem tebas atau borongan. Namun, hanya pedagang besar yang mampu melakukannya karena membutuhkan modal besar. "Kalau borongan, pedagang mengeluarkan Rp 2 juta untuk setiap 10 ubin (tanaman bengkoang)," imbuh Sri, kemarin (20/9/2016).

    Bagi pedagang yang tak punya modal besar memilih membeli dalam partai kecil. Sistem ini mereka sebut "segawan" yang artinya 1 kali bawa menggunakan motor 2 karung kanan dan kiri. Harga sistem Segawan yaitu Rp 200 ribu. "Segawan" itu kira-kira dua karung besar. Bisa dibawa sekali dengan motor, makanya disebut segawan. Harganya Rp 200 ribu," jelas Sri.

    Wahroji (47), pedagang lainnya, mengatakan bengkoang tak hanya menjual di sepanjang jalan raya. Sebagian diantaranya menjual dalam partai besar ke luar daerah seperti Jogja, Semarang dan Solo serta pabrik pabrik. Namun penjualan luar kota tersebut dilakukan para pedagang besar. "Kalau untuk di jalan raya jualnya dengan sistem ikat. Satu ikat harganya Rp 3 ribu-6 ribu," ujarnya.(saefur/cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top