• Berita Terkini

    Kamis, 08 September 2016

    Keturunan Rosululloh Harus Tercatat di Rabithah

    Habib Hasan Lutfi Alatas /foto IMAM/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Para keturunan Rosululloh SAW (Habaib), harus tercatat dengan jelas di Rabithah. Hal ini untuk menghindari orang-orang yang mengambil keuntungan dengan mengaku-aku sebagai habib. Rabithah Alawiyah adalah organisasi yang mencatat semua habaib lengkap beserta nasabnya hingga sampai kepada Ali bin Abi Thalib dan Fatimah Az Zahra Binti Nabi Muhammad SAW.

    Ketua Rabithah Alawiyah Kabupaten Kebumen Habib Hasan Lutfi Alatas menegaskan, para Habib (Habaib) tidak mungkin akan merugikan orang lain. Habib berkewajiban menjaga nama baik Rosululloh SAW. “Kalau ada yang mengaku habib dan merugikan orang, maka sebaiknya menghubungi organisasi Rabittah,” tuturnya kepada Eskpres, baru-baru ini.

    Dijelaskannya, memang tidak ada keharusan bagi habaib untuk tercatat di Rabithah, namun demi untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan maka seorang habaib harus tercatat dengan jelas. Ini untuk mempertegas mana yang habib dan mana yang hanya mengaku-aku. “Kalau memang habib kenapa tidak mau dicatat. Terkadang ada yang mengaku-aku habib, namun hanya untuk kepentingan diri sendiri,” paparnya.


    Habaib lanjutnya, tidak mungkin akan menjelek-jelekkan para kyai. Jika ada seorang yang mengaku habib tetapi menjelek-jelekan kyai, maka kehabibannya patut dipertanyakan. Sebab kyai atau ulama merupakan pewaris para nabi, sedangkan habib merupakan keturunan Nabi. Para habib berterima kasih kepada para kyai atas jasa-jasanya dalam mensyiarkan agama Islam. “Tanpa kerja keras dari para kyai, belum tentu agama Islam sudah semaju ini. Maka tidak mungkin keturunan Rosululloh akan menjelek-jelekan pewaris nabi,” terangnya.

    Menurutnya, tempo lalu terdapat seseorang yang mengaku sebagai habib, dia hafal nasabnya hingga ke Nabi Muhammad SAW. Padahal pada dalam diri seorang habaib terdapat ciri-ciri khusus yang hanya diketahui oleh habaib. Sehingga hafal nasab belum menjadi jaminan bahwa dia adalah seorang habib. “Masyarakat perlu waspada, jika merugikan laporkan saja,” tegasnya.

    Hasan Lutfi Alatas menambahkan, ajaran habaib sesuai dengan ajaran syariat yang dibawa Nabi Muhammad SAW. Jika ada yang mengaku habib namun ajarannya tidak sesuai dengan syariat nabi, maka itu sangat diragukan kehabibannya. “Seorang yang mengaku sudah makrifat, tidak mungkin akan meninggalkan syariat. Kalau syariatnya sudah tidak betul dan mengaku makrifat maka patut diragukan kebenarannya,” ucapnya.

    Sebelumnya, Hasanudin atau disebut juga dengan Kyai Syawal, warga Desa Tepakiyang Kecamatan Adimulyo mengaku  masih keturunan Nabi Muhammad SAW. Bukan itu saja, pria berusia 51 tahun itu juga mengklaim dirinya mampu mengajarkan ilmu Makrifat. Salah satu santrinya, Abdul Ghofur (34) warga RT 2 RW 1 Desa Logandu Kecamatan Karanggayam yang meninggal lantaran belajar ilmu makrifat kepadanya. (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top