• Berita Terkini

    Rabu, 14 September 2016

    Keluarga Sumitro Chambali Ikhlaskan Kepergian Almarhum

    sudarno ahmad/ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com) - Satu jamaah haji asal Kabupaten Kebumen, Sumitro Chambali (80), warga RT 01 RW 02 Desa Kebadongan, Kecamatan Klirong, dikabarkan meninggal dunia saat menjalankan rukun Islam kelima di tanah suci. Pihak keluarga mengaku sudah mengikhlaskan kepergian almarhum.

    Ditemui di kediamannya, keluarga Sumitro mengaku telah mengikhlaskan kepergian Sumitro untuk selama-lamanya saat menjalankan ibadah haji. Dalimin (51), anak kedua Sumitro menceritakan pihaknya mengetahui ayahnya telah meninggal dunia di tanah suci pada Jumat (9/9) malam. Hal itu setelah perwakilan dari Kelompok Bimbingan Ibadah Haji (KBIH) Al Huda Jetis Desa Kutosari Kecamatan Kebumen, mendatangi rumahnya.   "Empat orang datang malam-malam ngasih kabar kalau bapak sudah meninggal dunia," tutur Dalimin, bersama kakak pertamanya Sri Mami (54), di rumahnya, kemarin.

    Baca juga:
    ( Satu Jamaah Haji Asal Klirong Wafat di Mekkah )

    Dalimin mengungkapkan, ayahnya berangkat ke tanah suci didampingi oleh adik perempuan dan suaminya. Sebelum berangkat kondisi ayahnya memang sudah sakit-sakitan, namun karena tekadnya yang sudah sangat kuat Sumitro tetap berangkat ke tanah suci.  "Sakitnya macam-macam, ada jantung. Yang terakhir waktu mau berangkat sakit perut, tapi pas mau berangkat sembuh," bebernya.

    Sumitro, kata Dalimin, memang sudah ingin menunaikan ibadah haji sejak lama. Namun, baru sekitar tahun 2000 mendaftarkan diri dan tahun 2016 ini bisa berangkat. "Iya nunggunya lama banget, ini pas kebetulan ada anaknya sama menantunya yang mau mendampingi. Jadi berangkat bareng," ungkapnya.

    Demi memenuhi panggilan Illahi, Sumitro harus rela menjual sawahnya untuk membiayai ibadah haji ke tanah suci. Menurut Dalimin, hal itu dilakukan karena keterbatasan ekonomi keluarga sedangkan tekad Sumitro sudah sangat kuat untuk berhaji.  "Karena kami tidak punya apa-apa dan tidak punya gaji. Ya terpaksa harus menjual sawah. Karena ini memang sudah menjadi cita-cita dari bapak," imbuhnya.

    Sejak mendapat kabar bapaknya meninggal di tanah suci, setiap malam selama sepekan keluarga Sumitro pun menggelar acara yasinan dan tahlilan, setelah sebelumnya melakukan shalat ghaib. Sumitro sendiri meninggalkan empat anak, 12 cucu dan dua buyut. (ori)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top