 |
| saefur/ekspres |
Seperti pada saat warga Muslim setempat menggelar acara khotmil Al Quran baru-baru ini. Dalam acara ini, warga yang non islam pun ikut membantu pelaksanaan acara hingga terciptalah keharmonisan hubungan antar lintas agama.
Mereka yang menganut agama Krsiten pun terlihat guyub membantu saudara mereka yang Muslim bahkan tak sedikit dari mereka yang menyumbangkan tenaga dan meterialnya untuk membantu pelaksaan KHotmil Qur'an dan Ikomusholah. "Ini juga sebagai wujud hubungan baik yang saling menghormati antar umat beragama hidup berdampingan ," kata Ketua panitia khotmil Al Quran, Susanto (36).
Adi Yohan Leksono (21) salah seorang warga Kristen di Desa Grujugan mengatakan bahwa sebagai umat yang berbeda agama dengan hidup berdekatan tetap harus saling membantu dan guyub rukun. "kita memang beda agama tapi tetap saling meghargai, menghormati ya saling bantu aja, guyub rukun kan enak walau kita beda," katanya.
Susanto menjelaskan, Khotmil Qur'an merupakan suatu tradisi Islam yang diadakan 2 tahun sekali dengan mengkatamkan para santri di Desa Grujugan tersebut. Kriteria pengkhataman yaitu dimana seorang anak yang telah mampu membaca Al Qur'an secara khatham atau selasai 30 jus. Secara bersamaan Khotmil Qur'an di barengkan juga dengan Ikomusholah (Ngadeg Sembahyang) yang berarti santri bisa lulus secara mendiri solatnya.
Acara yang berlangsung Minggu (18/9/2016) itu menghabiskan dana Rp 50 juta. Kendati angkanya cukup besar, namun terasa ringan karena ditanggung pemerintah desa dan dibantu warga yang beramai-ramai menyumbang. "Untuk pendanaan kita sebagian besr dari sponsor, iuran masyararakat desa dan perantauan," kata Susanto. (saefur/cah)
