• Berita Terkini

    Kamis, 22 September 2016

    Banjir Garut; 20 Orang Tewas, 14 Orang Hilang

    HAIRIZAL/JAWAPOS
    GARUT – Musibah hidrologi lagi-lagi menelan korban. Sebanyak 20 orang tewas dan 14 orang lainnya masih dinyatakan hilang akibat terjangan banjir bandang di Kabupaten Garut, Jawa Barat, Rabu (21/9) pagi. Buruknya daerah aliran sungai (das) menjadi salah satu penyebab musibah yang terjadi.


    Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) Sutopo Purwo Nugroho membeberkan kronologi kejadian. Dari informasi yang dilaporkan, banjir bandang menerjang saat masyarakat sedang asik terlelap. Banjir datang setelah hujan yang terjadi sepanjang Selasa (20/9) petang. Tak berselang lama, pukul 22.00 WIB, air mulai naik dengan cepat setelah aliran Sungai Cimanuk mulai meluap.


    ”Puncaknya, Rabu pukul 01.00 WIB terjadi banjir bandang,” tuturnya di Kantor BNPB, kemarin (21/9). Tak kira-kira, terjangan banjir bandang itu berhasil meluluh lantakkan 7 kecamatan di Kabupaten Garut. Adapun kecamatan terdampak meliputi Bayongbong, Garut Kota, Banyu Resmi, Tarogong Kaler, Tarogong Kidul,  Karang Pawitan dan Samarang Kabupaten Garut.


    Akibatnya, sebanyak 20 orang dilaporkan tewas dan 14 orang lainnya masih dinyatakan hilang. Sembilan anak menjadi korban bencana banjir bandang Garut, sedangkan empat anak dinyatakan masih hilang. Jumlah ini bisa terus bertambah mengingat proses pendataan masih berlangsung.


    Selain itu, 1.000 jiwa terpaksa mengungsi di empat titik, seperti Korem 062 Tarumanegara, Kodim 0611 Garut, dan beberapa pos pengungsian lain karena rumah mereka terendam dan rusak. Diperkirakan ada ribuan rumah rusak, mulai dari skala ringan hingga berat. ”sejumlah fasilitas umum juga dilaporkan rusak. Salah satunya RSUD dr Slamet yang sempat terendam air setinggi 30 cm,” ujarnya.

    Merespon situasi ini, Bupati Garut telah menetapkan status siaga darurat hingga tujuh hari ke depan. Tim SAR Gabungan dari Basarnas, BNPB,  BPBD Kabupaten Garut, BPBD Provinsi Jawa Barat, TNI, POLRI, Dinas PU, Tagana, Senkom Polri, NGO dan relawan pun terus melakukan pencarian dan penanganan korban. Tak lupa, posko darurat, dapur umum, dan posko kesehatan juga diirikan. Dana siap pakai untuk membantu penanganan banjir juga telah diajukan BNPB pada Kementerian Keuangan.

    ”Kami masih mendata berapa kerugian total. Tapi fokus kita saat ini adalah pencarian dan penanganan korban,” tegas Dosen Universtias Pertahanan itu.


    Diakuinya, wilayah Garut memang akrab dengan bencana hidrologi. Namun, menurutnya, bencana kali ini merupakan terbesar. Bencana terjadi dengan magnitude cukup besar hingga berhasil memporak-porandakan 7 kecamatan.


    Buruknya DAS Sungai Cimanuk dinilai menjadi penyebab utama bencana banjir selalu berulang di Garut. Hal itu terlihat dari pengukuran besar koefisien regim sungai (KRS) Sunga Cimanuk yang mencapai 713. Padahal, untuk kategori baik, nilai KRS tidak melebihi angka 40. Sedangkan, ukuran cukup berada di antara 40-80.

    ”Ini sudah sangat buruk. Bahkan lebih parah dari pada Citarum. Sedimennya juga luar biasa,” keluhnya. Selain Garut, bencana hidrologi juga menyerbu empat kabupaten lain di Jawa Barat. Yakni, Kabupaten Sumedang, Kuningan, Tasikmalaya dan Cianjur. (jpnn)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top