• Berita Terkini

    Rabu, 03 Agustus 2016

    Sindrome Telat Sadar Orang Kebumen

    KEBUMEN – Kuman di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata tak tampak. Pepatah ini memang tidak mengada ada, saya sendiri pernah mengalaminya saat “gajah” di pelupuk mata saya tidak pernah terlihat, selama puluhan tahun. 2014 lalu, seingat saya hari Selasa di bulan Agustus, dengan tergesa saya berkendara ke arah selatan dari rumah menuju Menganti, sebuah tempat yang membuat saya penasaran.

    Waktu itu saya baru 4 hari jadi wartawan di Harian Banyumas.. Redaktur memerintahkan saya untuk meliput sebuah lokasi wisata yang  katanya sedang jadi bahan perbincangan. Butuh kurang lebih 2 jam yang melelahkan untuk sampai ke desa Karangduwur kecamatan Ayah, lokasi Pantai Menganti berada. Jalan dengan tanjakan dan turunan serta kelokan  tajam harus dilalui sebelum sampai di Karangduwur. Tidak cukup itu saja, dari  pusat desa Karangduwur sampai ke lokasi juga tidak kalah susahnya. Saya masih harus melewati jalan yang  relatif sempit dan rusak dengan tanjakan dan turunan sekira 40 derajat.  Tangan saya sampai kesemutan karena harus kuat menggenggam tuas rem dan mengendalikan stang motor matic saya.

    “Lain kali kalau kesini jangan naik motor matic mas, kalau nggak hati-hati bisa bablas,” ucap salah seorang petugas loket di pintu masuk oyek wisata. Ternyata sudah ada gapura loket, artinya lokasi ini sudah sering dikunjungi. Dari gapura loket sampai ke pantai, saya masih harus berkendara sekitar 15 menit lagi.  Kondisi jalannya masih sama. Saya masih harus melewati kelokan dan tanjakan tajam. Namun di rute itu pemandangannya mulai terlihat cantik. Samudera Hindia juga sudah mulai terlihat. Setelah melalui kelokan terakhir akhirnya sampai di Pantai Menganti. Sambil beristirahat, saya menikmati pemandangan luar biasa, hamparan lembah hijau yang bertemu dengan lautan biru. Saya jadi teringat film Lord of The Ring karya sutradara Selandia Baru, Peter jackson, yang menampilkan pantai dan tebing-tebing tinggi sebagai latar adegan filemnya. Peter Jackson melakukan syuting di Selandia Baru.

    Ternyata di Kebumen ternyata juga ada “New Zealand”. Saat itu, selain kagum, saya juga merasa heran. Bagaimana mungkin saya tidak pernah dengar yang namanya Menganti? Hampir seluruh hidup saya dihabiskan di Kabupaten berslogan beriman ini tapi tidak pernah mendengar cerita tentang Menganti. Pantai Menganti tidak mungkin muncul tiba-tiba di Kebumen dan pasti  sudah ada sejak jaman purba. Mungkin  karena lokasi yang terpencil dan akses jalan yang susah membuat pantai ini kurang dikenal orang dari dulu. Hal lain, mungkin warga desa Karangduwur atau warga yang pernah tahu keberadaan Menganti merasa adalah tempat  yang biasa saja karena mereka tinggal disitu dan tidak perlu menceritakannya kepada orang lain. Saya kemudian mewawancara beberapa orang. Menurut penuturan Isbandi, salah seorang warga Karangduwur, pantai eksotis ini mulai ramai dikunjungi orang sejak 2007. Sementara Priska (23), salah seorang pengunjung, mengaku tahu tentang  Pantai Menganti dari postingan temannya di Facebook.
    "Tahu dari postingannya teman di Facebook. Pantainya bagus, dari jauh kayak yang di filem Lord Of The Ring." ungkap Priska. Ternyata apa yang diungkapkan Priska sama dengan yang saya pikirkan sebelumnya.

    Senada dengan Priska, Pras, pengunjung asal  Purworejo ini mengaku mengetahui keeberadaan Pantai Menganti juga dari Facebook.

    " Saya malah tahu dari Facebook, saya juga sering browsing dan nemu Pantai Menganti. Saya sebenarnya sering main ke Kebumen karena punya banyak teman disini, tapi selama ini malah belum dengar. Kalau Logending, Karangbolong saya sudah sering kesana," ujar Pras. Kedua pengunjung ini juga mengatakan jika Menganti punya kesan beda dengan pantai lainnya.

    Menganti tidak melulu bentangan pantai, tapi punya variasi bentangan alam yang unik yaitu lembah hijau yang bertemu dengan samudera. Inilah yang menarik yang membuat Priska dan saya teringat filem Lord of The Ring. Puas menikmati lembah hijau yang bertemu laut, saya memutuskan pulang.

    Di perjalanan saya masih penasaran mengapa baru di tahun 2014 saya baru tahu tentang Menganti. Sebelum ke Menganti saya pernah ke beberapa pantai seperti Pengandaran, Kuta, Sanur. Semuanya cantik, namun tidak unik seperti Menganti. Sampai di rumah, saya langsung browsing di Google dengan kata kunci “Menganti”. Saya menemukan tulisan tentang Menganti  di Travel.detik.com tertanggal  10/05/2013 07:07:00 WIB yang ditulis oleh Idhamkhurie . Judulnya sangat menggelitik, menarik minat orang untuk baca. “Selandia Baru? Bukan, Ini Kebumen. Di tulisan tersebut terdapat ulasan yang menyatakan Mungkin tidak banyak yang tahu tentang Pantai Menganti yang berada di Kebumen. Bahkan di wilayah Kebumen pun tidak semua orang mengenal pantai ini. Padahal pantai Menganti salah satu pantai pasir putih yang cantik. Sebagai orang Kebumen saya merasa lega. Ternyata saya bukan satu-satunya orang yang telat sadar kalau Kebumen punya pantai eksotis bernama Menganti.

    Dua tahun berlalu sejak pertemuan pertama saya dengan Menganti.Sekarang Menganti sudah jadi “bintang” di Instagram dan Facebook. Namun rupanya “sindrom telat sadar” yang pernah saya alami ternyata juga menjangkiti beberapa orang Kebumen lain. Tidak tanggung-tanggung, sindrom ini menjangkiti Yahya Fuad, bupati Kebumen.

    " Saya ini sering travelling, tapi travelingnya keluar Kebumen, termasuk luar negeri.Kalau di Kebumen saya malah jarang. Saya tahu keindahan Menganti juga baru sebulan. Kalu tahu seperti itu dari dulu saya traveling saja di Kebumen," ucapnya saat menggelar pertemuan dengan komunitas pegiat wisata, budaya dan UMKM di Roemah Martha Tilaar Gombong, Februari (10/2) lalu.

    Mendengar pengakuan Fuad saya lantas yakin jika di Kebumen masih ada orang yang terkena sindrom ini. Benar saja, Mei lalu, sepulang dari mendampingi rombongan Pemkab Kebumen studi banding di Tana Toraja dan Makasar, wartawan Koran Sindo Hery Priantono (40) juga menampakkan gejala sedang terkena sindrom telat sadar ini.

    “ Wahh...Pantai Losari ternyata Cuma gitu tok, kalah keren sama pantai Petanahan, kalah sama Menganti. Cuma infrastrukturnya yang keren, “ ujarnya saat nongkrong bersama saya dan awak media lain di Balai Wartawan Kebumen.

    “Nah kan, benar saja, masih ada yang terkena sindrom telat sadar,” batin saya waktu itu.
    Karena ingin segera sembuh dari Sindrome Telat Sadar, saya lantas menggali informasi lebih banyak. Saya berpikir mungkin masih banyak tempat eksotis di Kebumen yang  masuk pantauan radar saya. Sebagai wartawan, sebuah aib jika sampai tidak paham wilayah. Saya lantas  tuliskan kata kunci “pantai Kebumen” di Google Search. saya menemukan banyak sekali informasi. Salah satunya situs exploreKebumen.com.

    Situs ini milik anak-anak muda Kebumen yang rajin mengunggah foto-foto tempat eksotis di Kebumen. Beruntung, ExploreKebumen juga membuat link di Facebook dan Instagram, jadi saya tidak kesulitan menghubungi mereka. Sabtu (16/7) lalu, salah satu anggota komunitas ini berhasil saya temui. Namanya  Fery Suminar (27).  Dari pengakuannya, komunitas ExploreKebumen telah beberapa kali menemukan lokasi eksotis yang belum banyak diketahui masyarakat Kebumen.

    “ Pantai Lampon, Pantai Karang Agung, dulu di internet gak ada. Setelah kita blow up secara online sekarang jadai ramai, sekarang dikelola sama desa,” ungkapnya. Pertemuan dengan Fery membuat saya berhasrat menginjakkan kaki di salah satu pantai yang disebutkan Fery. Sabtu (23/7) saya pergi ke Lampon. Alasannya, karena kata Fery  banyak yang menjuluki pantai ini Private Beach, bahkan ada yang menyebutnya Pantai Rahasia karena lokasinya yang tersembunyi. Benar saja, tidak mudah bagi saya menemukan Pantai Lampon. Untuk menuju kesana saya ikuti petunjuk dari Fery agar menuju Pantai Pasir dulu.

    Pantai Pasir sudah lama dikenal, tidak sulit untuk menuju kesana karena akses jalannya yang bagus. Dari Pantai Pasir,  saya harus berjalan kaki dan mendaki bukit Watu Pendel selama 15 menit. Sebab menurut informasi lokasi pantai Lampon berada persis di belakang bukit Watu Pendel. Mendaki Bukit Watu Pendel memang melelahkan namun  saya tidak peduli karena tidak sabar ingin segera melihat The Private Beach.

    Dari ketinggian bukit akhirnya saya bisa menyaksikan Lampon. Pertama kali melihatnya, saya tertegun sekaligus menyesal. Mengapa tidak dari dulu Pantai Lampon bukanlah pantai yang luas dan panjang.  Dengan setengah berlari saya menuruni bukit menuju pantai. Luar biasa, panjang garis pantainya  tak lebih dari 100 meter, dihitung dari bukit disebelah kanan dan kiri yang seolah memagari Pantai Lampon dengan bentuk melengkung. Sungguh, sebuah bentuk pantai yang sangat unik.

    Saya bersandar di batang pohon kelapa. Lagi dan lagi, sindrom Telat Sadar menjangkiti saya. Kenapa baru sekarang tahu ada pantai secantik ini di Kebumen. Jika saya tahu lokasi ini sejak dulu pasti akan saya jadikan lokasi favorit untuk membolos.  Saya haqul yakin jika Kebumen masih ada tempat-tempat “rahasia” yang cantik dan eksotis yang belum pernah diketahui orang. (widodo saptyanto)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top