• Berita Terkini

    Selasa, 16 Agustus 2016

    Masih Soal Kampung Inggris, KWIK Merasa Kecolongan Konsep

    imam/ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Pendiri dan pengelola Kampung Wisata Inggris Kebumen (KWIK) Desa Adiluhur Kecamatan Adimulyo mengaku kecolongan konsep dengan adanya pendirian Kampung Inggris Kebumen (KIK) di Desa Jatijajar Kecamatan Ayah. Pasalnya metode KIK sangat mirip dengan KWIK.

    Pendirian KIK yang diinisiasi oleh Pemkab Kebumen telah diresmikan langsung oleh Bupati Kebumen H Ir Mohammad Yahya Fuad SE pada 9 Agustus lalu.

    Menurut pendiri KWIK Novanda Alim Setya Nugraha, saat pertemuan Silaturahmi Komunitas Muda Kebumaen (Silakoma) di Rumah Marha Tilaar Gombong pada Februari silam Bupati Kebumen H Ir HM Yahya Fuad SE sangat mengapresiasi dengan keberadaan KWIK yang didirikan oleh paguyuban Mbak dan Mas Kebumen. Saat itu bupati mengatakan akan memoles KWIK.

    “Sebagai anak muda, kami sangat bahagia saat bupati menyampikan akan memoles KWIK. Waktu berjalan dan kami terus menungggu namun hal itu tak kunjung dilaksanakan, hingga kemudian kami mendengar telah didirikan KIK di Desa Jatijajar”  tuturnya, Minggu (14/8).

    Novanda pun mempertanyakan pernyataan Pemkab yang mengatakan agar KWIK dan KIK dapat berjalan sinergitas. Lantas bentuk sinergitas seperti apa yang diharapkan oleh Pemkab. Pendirian KIK sendiri saja dilakukan tanpa melibatkan KWIK.

    Bahkan meski banyak warga Kebumen yang jelas mempunyai kapasitas (kompeten), pemkab justru melibatkan warga luar daerah yakni melakukan kerjasama dengan Future English Education Center (FEEC) Pare Kabupaten Kediri dalam pendirian KIK.  “Kalau semua sekolah di Kebumen telah direkomendasikan untuk berkunjung ke KIK, bagaimana itu bisa terjadi sinergitas,” paparnya.

    Hal senada juga disampaikan oleh Rini Ambar Sutoyo yang tidak lain adalah ibunda Novanda Alim Setya Nugraha. Menurutnya sebelum pendirian KIK, Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kebumen, telah beberapa kali melakukan kunjungan ke KWIK. Beberapa pegawai dinas itu kerap menanyakan tentang metode-metode yang ada di KWIK. “Saya hanya orang bodoh, maka dengan lugu dan belaka suta semua saya ceritakan. Tidak tahunya metode KIK hampir sama persis dengan KWIK, kami merasa kecolongan konsep,” terangnya.

    Sebagai seorang ibu, Rini sangat memahami bagaimana perasaan anak-anaknya. Sekitar tahun 2014 lalu, Mbak dan Mas Kebumen dari beberapa angkatan berkumpul di rumahnya. Dengan keinginan bersama untuk berkarya, agar tidak sekeder menjadi among tamu (penerima tamu), Mas dan Mba Kebumen pun lantas membuat paguyuban.

    Mereka lalu membuat KWIK dengan melibatkan masyarakat Adimulyo. “Pemerintah memang telah membuat Mas dan Mbak Kebumen. Putra Putri terbaik, akan dipilih menjadi Mas dan Mbak Kebumen. Namun setelah dibentuk mereka tidak diberdayakan selain hanya menjadi among tamu. Mereka pun berusaha untuk berkarya. Kini karya yang sama justru dibuat oleh Pemkab tentunya dengan segala fasilitas yang lebih memadai,” katanya.

    Sementara itu Kepala Dikpora Kebumen H Ahmad Ujang Sugiyono SH terpisah tak mau berkomentar banyak soal tudingan pihak KWIK yang menyebut Pemkab "mencuri" konsep mengenai kampung Inggris dari mereka. Yang pasti, kata Ujang, penetapan Desa Jatijajar Kecamatan Ayah sebagai kampung KIK bukan proses instan atau tanpa pertimbangan matang.

    Menurutnya, penetapan Desa  Desa Jatijajar Kecamatan Ayah sebagai KIK sudah didahului survei. Dari empat desa yang disurvei, Desa Jatijajar dianggap paling tepat untuk dipilih sebagai lokasi. Keempat desa itu masing-masing Desa Adiluhur Kecamatan Adimulyo, Desa Jatijajar Kecamatan Ayah, Desa Tambakmulyo Kecamatan Puring dan Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan.

    “Dari empat desa itu yang paling siap adalah Desa Jatijajar. Masyarakat begitu antusias, termasuk mau menyediakan rumah-rumah untuk dijadikan homestay penginapan. Pertimbangan lain meliputi tempat ibadah dan lain sebagainya,” ucapnya.


    Dia menjelaskan, untuk pembelajaran KIK telah bekerjasama dengan FEEC Pare Kediri, dengan melibatkan empat tutor. Kemarin pada tanggal 26 Juli telah memberangkatkan 12 orang ke Pare untuk belajar selama dua tahun. Setelah itu mereka akan dijadikan tutor KIK menganti kan tutor yang dari Pare. “Harapan kita antara KWIK dan KIK dapat berjalan semua,” tegasnya.

    Lebih lanjut dikatakan Ujang, setiap angkatan siswa akan belajar selama dua minggu di KIK. Belajarnya akan dimulai dari pagi hingga pukul 24.00 WIB. Selain belajar bahasa Inggris, di KIK siswa juga akan belajar karakter. Meliputi sholat berjamaah, tadarus Al Quran setelah sholat wajib, sholat tahajud, sholat dhuha dan lain sebagainya. Sementara ini KIK sedang melaksanakan pembelajaran 113 warga Desa Jatijajar.

    Dijelaskannya, pelaksana pembelajaran Kursus di KIK bukan dari Dikpora melainkan langsung dari FEEC dengan melibatkan enam orang. Di Pare tidak hanya belajar bahasa Inggris melainkan juga belajar karakter, alasan itu membuat Pemkab bekerjasama dengan Pare.  (mam)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top