• Berita Terkini

    Kamis, 04 Agustus 2016

    Lurik Butuh Sentuhan Inovasi Desain

    KLATEN– Kualitas produksi kain lurik asal wilayah Klaten harus ditingkatkan agar bisa bersaing di pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Harapan ini datang dari Gubernur Jawa Tengah (Jateng) Ganjar Pranowo saat berkunjung ke industri tekstil PT Kusuma Nanda Putra, Klaten, kemarin (3/8). Pabrik yang terletak di Desa Jatimulyo, Kecamatan Pedan, ini memproduksi kain lurik.

    Menurut Ganjar, salah satu cara peningkatan kualitas produksi dengan memberikan sentuhan inovasi desain lurik. Sebab selama ini hanya dikenal dengan pola garis-garis. ”Termasuk mereka yang bekerja di industri kecil garmen dengan tetap mempertahankan alat tenun bukan mesin (ATBM) karena justru memiliki keunikan sendiri,” katanya.
    Lurik dinilai memiliki keunikan dibanding industri tekstil yang besar. Sehingga menjadi potensi pembeda dengan produk kain lain. Jika perkembangan lurik Klaten memiliki potensi pembeda melalui desain yang lebih kreatif, maka dapat menciptakan pasar baru.

    Dia menilai lurik Klaten bisa masuk pasar negara Jepang yang tentunya perlu diperkuat dengan marketing research mumpuni. ”Kira-kira konsumen di Jepang suka pola lurik Klaten yang seperti apa. Dari situ kita akan mengetahui terkait desain yang bisa masuk ke pasaran sana (Jepang),” ujar dia.

    Kini yang menjadi pekerjaan rumah para perajin lurik Klaten terkait desain. Pasalnya, desain lurik yang menentukan sebuah produk itu dapat menarik pasar atau tidak. Maka dia menginginkan para perajin lurik bisa bekerja sama dengan para desainer untuk mengembangkan pola-pola lurik yang lebih menarik.

    Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Koperasi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi (Disperindagkop) Klaten Yunanto mengatakan, saat ini perajin lurik industri kecil menengah tinggal menyisakan sekitar 30 orang. Hal ini mengalami penurunan dari 51 IKM pada lima tahun lalu.

    ”Memang banyak permasalahan pada produksi kain lurik yang salah satunya pembiayaan. Maka saya mengimbau untuk menekan pembiayaan produksi lurik melalui pemakaian yang tidak berkaitan dengan produksi. Misalnya saja mematikan lampu maupun listrik saat tidak digunakan serta menggunakan mesin seefektif mungkin,” terangnya.
    Dia juga siap menjaga eksistensi perajin lurik ATBM dengan menggelar pembimbingan teknis hingga persoalan manajemen. Hal ini dilakukan agar para perajin lurik dapat bersaing dengan keunikan tersendiri seperti harapan gubernur. (ren/un)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top