• Berita Terkini

    Selasa, 30 Agustus 2016

    Kirab Hewan Ternak, Tradisi Kampung Halaman Mantan Bupati Buyar Sambut Musim Kemarau

    saefur/ekspres
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Tradisi gebyag cah angon dengan mengarak hewan ternak ternyata tak hanya ada di kawasan pesisir selatan (urut sewu) Kebumen. Di Wonokromo, Kecamatan Alian yang juga kampung halaman mantan Bupati Kebumen Buyar Winarso, ada tradisi serupa. Seperti yang dilaksanakan warga pada Minggu (28/8/2016) lalu puluhan hewan ternak dikirab berkeliling desa.

    Menurut Ketua Rw 1 Desa Wonokromo, Kirno, tradisi mengirab hewan ternak itu sebagai bentuk syukur setelah masa panen padi kedua atau masa gadu. Sekaligus memohon pertolongan dan keselamatan bagi hewan ternak beserta pemiliknya saat musim kemarau.

    Prosesi diawali dengan menggelar tumpengan di rumah rumah Kadus setempat. Pesertanya, para pemilik hewan ternak yang masing-masing membawa tumpeng lengkap dengan ubarampenya yang juga khusus.

    Menu wajib itu adalah tumpeng nasi mogana (nasi yang berisi ampas kelapa bercampur ingkung ayam panggang), ketupat, dan lepet yang terbentuk dari lilitan janur kuning yang berisi beras ketan bercampur dengan perudan kelapa dan santan.  Ketiga unsur makanan pokok itu harus wajib disediakan. Menu itu lantas didoakan sebelum dimakan bersama-sama.

    "Nek tradisi tumpengan kue gemiyen kanggo njaluk pitulung marang Gusti Ingkang Maha Kuasa. Njaluk donga sak uwise panen gadon, ngarepna mangsa ketiga lan wujud tumpeng, kupat karo lepet kue kanggo bersyukur olehe kasil tani wis pada panen," ujar Mbah Ndirin (84), salah satu sesepuh desa setempat.

    Kirno menambahkan, Mantan Bupati Buyar juga ikut berperan serta dalam kegiatan itu. Meski tak hadir saat acara, Buyar yang juga dikenal memiliki banyak sapi dan kambing di kampung halamannya itu juga menyumbang dana kegiatan.

    Kepala Desa Wonokromo, Paryono mengatakan, tradisi tumpengan dan mengirab hewan ternak merupakan tradisi turun temurun. Momen itu juga menjadi pestanya bocah ngarit atau bocah angon yang merupakan istilah jawa untuk penggembala. "Tradisi tumpengan itu sediri merupakan hajatnya  mereka para bocah ngarit dan bocah anggon untuk menyatukan solidaritas antar warga masyarakat desa dan hiburan," ujarnya.

    Sementara itu, warga menyambut gembira tradisi tumpengan dan kirab hewan yang digelar kemarin. "Saya sangat senang bisa nguri uri tradisi ini, ini saya sengaja bawa 2 ekor kambing  untuk ikut berjalan ikut kirab," kata Sariman warga Desa Wonokromo.(saefur/cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top