• Berita Terkini

    Sabtu, 20 Agustus 2016

    Antisipasi Penyimpangan Bansos, Pemerintah Dirikan E-Warong bagi Warga Miskin

    ISWARA BAGUS NOVIANTO/RASO
    SOLO – Pemerintah pusat menempuh beragam cara agar bantuan sosial (bansos) yang disalurkan kepada warga miskin tepat sasaran dan tidak menjadi bancakan oknum tertentu. Yakni dengan mendirikan elektronik warung gotong royong (e-Warong) di sejumlah daerah, termasuk di Solo dan Boyolali.

    Di e-Warong ini ,warga miskin yang mengantongi kartu program keluarga harapan (PKH) dan beras sejahtera (rastra) dapat membeli kebutuhan sehari-hari dengan harga lebih murah dibandingkan di pasaran.

    Dari mana uangnya dan bagaimana caranya? Menteri Sosial (Mensos) Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, tahuh ini, total bantuan sosial yang dialokasikan pemerintah mencapai Rp 148 triliun dari berbagai lembaga kementerian. Sedangkan dari Kementerian Sosial (Kemensos) senilai Rp 9,8 miliar.

    Namun bansos tersebut tidak diberikan secara tunai. Tujuannya mencegah sekaligus menghilangkan praktik potongan bantuan. Warga miskin akan mendapatkan kartu khusus yang bisa digunakan untuk berbelanja di e-Warong.

    Barang kebutuhan yang tersedia E-Warong Solo antara lain beras, terigu, minyak goreng, dan gula. Jenis komoditas yang tersedia bisa berbeda dengan daerah lainnya.
    Kartu penerima bansos tersebut akan diintegrasikan pada berbagai bantuan pemerinah lainnya. Mulai dari subsidi pangan, rastra, elpiji 3 kilogram, subsidi pupuk untuk petani, pendidikan untuk anak-anak.

    ”Ini bisa dikenal sebagai kartu combo. Nantinya dalam tiap e-Warong idealnya bisa melayani maksimal 1.000 penerima raskin dan 1.000 penerima PKH,” terangnya Khofifah saat launching e-Warong di Gulon, Kecematan Jebres kemarin (19/8).

    ”Daerah tertinggal, terluar dan terpencil (3T) belum bisa diterapkan program ini karena belum ada koneksi internet. Sementara waktu daerah 3T masih menggunakan bantuan sosial secara tunai,” imbuh dia.

    Dari pemetaan yang dilakukan Kemensos, baru 63 persen wilayah Indonesia terdapat e-Warong dengan jumlah sektiar 300 titik. Sedangkan di Solo baru ada 30 titik. Tahun depan, pusat menargetkan jumlah e-Warong tembus di 3.000 titik.

    Untuk pengawasannya, kata mensos, presiden hingga kepala daerah dapat memantaunya secara langsung melalui smartphone.

    Dirjen Penanganan Fakir Miskin Kemensos Andi Zaenal Dulung menambahkan, e-Warong yang mulai di-launching Juni lalu telah hadir di beberapa kota. Diawali Sidoarjo, Mojokerto, Makassar, Padang, Surabaya, dan Jakarta. Kali ini hadir di Solo dan Boyolali. Dilanjutkan di Semarang serta berbagai kota lainnya.

    ”Pada dasarnya e-Warong ini dilatarbelakangi keinginan mensejahterakan masyarakat dan menjauhkan dari kemiskinan,” tutur Andi.

    Agar program tersebut berjalan lancar, telah disiapkan pendamping PKH yang jumlahnya mencapai 24 ribu di seluruh Indonesia. Sumber daya manusia berpendidikan sarjana dan melek teknologi informasi (TI) tersebut akan mendampingi sebanyak 6 juta orang yang terdaftar sebagai PKH.

     “Mereka akan diberdayakan menjadi pelaku dalam sistem keuangan inklusi guna mempercepat kesejahteraannya sendiri. Sebab selama ini, pendamping dan penerima PKH hanya sebagai penonton. Mereka akan diubah menjadi pelaku dan pengelola bantuan itu sendiri,” beber dia.

    Lebih lanjut diterangkan Andi, Kemensos merumuskan empat hal dalam program e-Warong. Yakni warga miskin akan menerima bantuan melalui rekening di bank yang telah ditunjuk. Bansos tunai maupun e-voucher akan masuk dalam satu rekening menggunakan e-wallet. Sehingga nantinya akan terbaca bantuan apa saja yang masuk. (vit/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top