• Berita Terkini

    Sabtu, 30 Juli 2016

    Nestapa Musim Kemarau Basah

    MASIH terngiang begitu jelas bagaimanahujan yang terjadi beberapa waktu lalu berbuntut banjir dan longsor di beberapa wilayah Jawa Tengah. Menurut laporan sementara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), banjir dan longsor melanda Kabupaten Kebumen, Banjarnegara, Wonosobo, Purworejo, Banyumas, Karanganyar, Wonogiri, dan Kota Solo. Dampaknya bukan hanya terkait kerugian materi namun juga hilangnya puluhan nyawa manusia.

    Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNBP, Sutopo Purwo Nugroho, padaKamis (23/6) mengatakan jika total korban bencana banjir dan tanah longsor di Jawa Tengah mencapai 56 orang tewas dan 9 orang hilang.Meningkatnya curah hujan pada periode kemarau tahun ini dengan sifat hujan normal hingga di atas normal membuat musim kemarau tahun ini bersifat basah atau lazim dikenal dengan kemarau basah. Hal tersebut menjadi salah satu jawaban atas guyuran hujan deras di masa musim kemarau yang berbuntut banjir dan longsor.

    Berdasarkan prakiraan musim BMKG, sebagian besar wilayah Indonesiaharusnya telah memasuki musim kemarau namunhujan masih kerapkaliturun secara sporadis dibeberapa wilayah Indonesia.Berdasarkan data prediksi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), La Nina berpeluang muncul dengan intensitas lemah atau sedang di Bulan Juli, Agustus, September 2016 atau yang lebih akrab dikenal sebagai periode JAS. Bersamaan dengan fenomena La Nina, hangatnya suhu di bagian barat Pulau Sumatera dibandingkan suhu muka laut di pantai timur Afrika memicu bertambahnya potensi hujan di wilayah Indonesia bagian barat, termasuk Pulau Jawa.

    Dilanda La Nina
    Jika El Nino umumnya bersifat mengurangi jumlah curah hujan, maka fenomena La Nina bersifat kebalikannya. La Nina diartikan sebagai fenomena alam global yang ditandai dengan kondisi suhu permukaan air laut di Samudera Pasifik ekuator berada di bawah nilai normalnya (menjadi lebih dingin), sementara kondisi suhu laut di wilayah perairan Indonesia menjadi diatas normalnya (menjadi lebih hangat).

    Turunnya suhu muka laut di Samudera Pasifik menyebabkan wilayah tersebut bertekanan tinggi. Sedangkan wilayah Indonesia akan mengalami tekanan rendah akibat menghangatnya suhu muka laut. Perbedaan ini menyebabkan massa udara pada daerah tekanan tinggi akan mengalir ke wilayah Indonesia sehingga terjadi pengangkatan massa udara yang kaya akan uap air.Pengangkatan massa udara lama kelamaan menyebabkan penumpukan massa udara yang kemudian berpeluang besar untuk membentuk awan hujan. Akibatnya pada bulan-bulan yang seharusnya berlangsung musim kemarau kini justru diwarnai hujan.

    Kepala BMKG, Andi Eka Sakya, menyebutkan jika kemunculan La Nina juga diikuti dengan fenomena Dipole ModeNegatif. Indian Ocean Dipole (IOD) merupakan fenomena interaksi laut dan atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasar selisih suhu muka laut di perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Pulau Sumatera. Perbedaan nilai anomali suhu tersebut disebut sebagai Dipole Mode Index (DMI). Nilai DMI negatif akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di Indonesia bagain barat. Indeks Dipole Mode diprediksi akan semakin menguat pada Bulan Juli hingga September.

    Peristiwa banjir dan tanah longsor di Jawa Tengah menjadi cerminan bagi kita bagaimana pentingnya mewaspadai gejolak alam dan berhenti bersikap acuh terhadap informasi cuaca, khususnya peringatan dini cuaca ekstrim. Selain dihimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaannya, masyarakat hendaknya jugamampu memaksimalkan layanan informasi peringatan dini cuaca ekstrimyang didiseminasikan oleh lembaga terkait melalui berbagai media seperti aplikasi, website resmi, radio, TV, bahkan media sosial.

    Jika tidak disertai dengan upaya mitigasi yang serius, bencana akan tetap menjadi kenestapaan umat, terus memakan korban, dan menelan kerugian yang tidak sedikit jumlahnya. Untuk itu perlu segera dirumuskan upaya mitigasi secara komprehensif yang melibatkan kolaborasi antara pemerintah, lembaga kebencanaan terkait, serta warga masyarakat. Meskipun kerugian masih tetap ada, namun adanya upaya preventif terkait bencana tersebut mampu meminimalisir dampak negatif serta menghindarkan masyarakat dari kerugian yang lebih besar.(*)

    Oleh: Anistia Malinda Hidayat

    Pekerjaan : Pemeriksa Cuaca Stasiun Meteorologi Ahmad Yani
    Nomor HP : 085733877074
    Email : anistia.malinda@gmail.com
    Nomor Rekening : 0432683246


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top