• Berita Terkini

    Sabtu, 16 Juli 2016

    Meski Berjasa di Balik Indahnya Kota, Mereka Sering Terlupakan

    saefur rohman
    DI tangan orang-orang inilah kebersihan dan keindahan kota terjaga. Namun, banyak diantara kita yang melupakannya. Bahkan, sebagian orang mencemoohnya.
    ------------------------
    Saefur Rohman dan Cahyo,Kebumen
    -----------------------

    MATAHARI belum beranjak tinggi. Namun, sekelompok orang berseragam oranye ini sudah berkeringat karena membersihkan kawasan alun-alun Kebumen. Setiap sudut alun-alun mereka bersihkan.

    Badriyah (42), salah satu Pekerja THL (Tenaga Harian Lepas) Dinas Pekerjaan Umum Kebumen mengatakan, ada 8 orang yang bertugas membersihkan alun-alun. Tugas mereka menyapu dan membersihkan area alun alun dari sampah yang ditinggalkan warga masyarakat. Tugas itu dilakukan dua kali sehari, yaitu pagi pukul 05.00 - 09.00 dan siang pukul 13.00 - 16.00 WIB.

    Menurutnya, volume sampah akan naik berlipat di hari libur. Termasuk saat lebaran kemarin. "Kalau hari libur sampah bisa naik 5 kali lipat dari hari biasa. Untuk membersihkannya, kami harus bekerja lembur," kata perempuan warga  Rt 02 RW 9 Kelurahan Panjer Kebumen itu, Jumat (15/7).

    Tanpa bermaksud mengeluh, Badriyah mengatakan, kerja keras mereka masih sering tak dianggap oleh warga masyarakat. Tak jarang mereka malah mendapat cemooh. Misalnya saat mereka habis bekerja keras membersihkan sampah, tak lama kemudian sampah kembali menggunung lantaran orang dengan enaknya kembali membuang sampah sembarangan.

    Saat ditegur, malah jawaban tak mengenakkan mereka dapatkan. "Menjadi tukang sapu banyak sedihnya, Mas. Sudah capek-capek membersihkan sampah, eh ada saja yang langsung membuang sampah sembarangan. Saat ditegur mereka malah bilang "kan sininya bayar apa gunanya ada tokang sapu dong. Disitu kadang saya merasa sedih," ujar Suparti (47), petugas lain.

    Belum lagi kalau hujan tiba. Bila itu terjadi, mereka harus bekerja lebih keras lantaran sampah menjadi lengket dan sulit diambil. "Kadang kalau hujan sampah lengket jadi butuh tenaga ekstra. Bisa 2x -3x lipat tenaga untuk membersihkannya, " ujar rekan Suparti, Saodah (47).

    Saat bekerja, Saodah kadang melibatkan sang Suami Purwanto (56) yang secara suka rela membantu. Purwanto sengaja membantu  karena takut istrinya kecapekan karena di rumah msih harus melakukan pekerjaan pokoknya sebagi ibu rumah tangga.  Di antara para petugas itupun saling membantu. "Bila bagian (area ) sendiri sudah selesai, saya pun ikut membantu area teman lainya supaya daerah alun alun bisa selesai bersama sama," katanya.

    Menurut dia, gaji pokoknya hanya pas-pasan. Untuk menambah penghasilan, sebagian diantaranya  seperti berdagang dan mengumpulkan sampah yang bisa didaur ulang.

    Saodah sendiri memiliki 7 anak. Beruntung beban itu kini berkurang setelah dua dari ketujuh anaknya telah menikah dan dhidup mandiri. Bahkan, Saodah masih bisa membiayai anaknya belajar di perguruan tinggi. Meski sebagian diantara mereka mewarisi pekerjaan itu dari orang tua, para petugas itu tak ingin anaknya kelak berprofesi sama."Menjadi tukang kebersihan memang penuh suka duka. Jadi harus diniati dengan ikhlas untuk membersihkan lingkungan," ujarnya.(*)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top