• Berita Terkini

    Jumat, 10 Juni 2016

    Teroris Surabaya Punya Tiga Bom Canggih

    ilustrasi
    SURABAYA-- Para teroris yang tertangkap Densus 88 di Surabaya memiliki kemampuan merakit bom yang canggih. Mereka sudah punya amunisi yang cukup untuk menebar teror. Hal ini diketahui dari barang bukti yang dimusnahkan polisi.

    Kemarin (9/6), Polrestabes Surabaya, Polres Pelabuhan Tanjung Perak, dan Gegana memusnahkan bom rakitan dan bahan peledak milik pelaku teroris. Semua barang bukti yang dihancurkan itu disita dari rumah pelaku Priyo Hadi Purnomo, di Lebak Timur III D/ 18. ”Tiga bom rakitan ini tergolong high explosive,” terang Kapolrestabes Surabaya Kombes Pol Iman Sumantri.


    Iman tidak menjelaskan secara detail berapa radius bom tersebut. Namun dia memastikan bahwa bom itu memang tergolong canggih. Dia menyorot bom rakitan yang bisa meledak jika terkena cahaya. Dari sana bisa diketahui bahwa para teroris tersebut memang terlatih membuat bom.


    Lokasi pemusnahan barang bukti itu sendiri dilakukan di pinggiran Kota Surabaya. Lokasinya dekat dengan perbatasan Kabupaten Gresik. Sebuah lahan kosong seluas sekitar tiga hektare di Osowilangun dijadikan tempat pemusnahan.


    Sejak pukul 11.00, tim gegana sudah tiba di lokasi dengan mobil hitam berlogo burung walet. Sebuah tenda berukuran kecil beratap putih disiapkan untuk pimpinan kepolisian yang mengawasi proses pemusnahan. Police line dipasang sekitar 5 meter dari tenda tersebut. Selepas police line, gegana menyiapkan lubang galian untuk menanam bom di bawah permukaan tanah.


    Setelah persiapan keamanan area siap, polisi mulai mengeluarkan bom satu persatu. Dari kejauhan terlihat petugas mengangkat bom tersebut dengan hati-hati. Semuanya dibungkus dengan cover kain warna merah. Petugas sempat meletakkan bom tersebut untuk dicek. Tak lama dua petugas terlihat membawa benda itu ke tengah lapangan. Mereka lantas mulai menanamnya ke lubang yang telah disiapkan. ”Dalamnya sekitar setengah meter,” ucap salah seorang anggota gegana.


    Selepas itu, lokasi penanaman barang bukti tersebut dipasang bendera merah. Jaraknya sekitar 100 meter dari tenda pengawas. Proses pemusnahan pun dilakukan.

    Di depan tenda, terdapat satu mobil yang berfungsi sebagai pengontrol peledakan. Empat orang petugas terlihat berlindung di balik mobil tersebut. Sejurus kemudian, ada aba-aba yang dilontarkan petugas melalui pengeras suara.


    Ledakan keras pun terdengar. Suaranya juga diiringi permukaan tanah yang bergetar. Di titik ledakan, tanah juga ikut beterbangan. Setelah bom hancur, ada seorang petugas yang mengenakan pakaian body armor seberat 48 kg. Dia bertugas untuk memastikan apakah bom yang dihancurkan itu sudah benar-benar mati.


    Di tengah pemusnahan tersebut Iman menyampaikan bahwa pihaknya menjamin keamanan Kota Pahlawan. Penangkapan teroris itu menjadi pembelajaran semua pihak. Kepolisian meminta masyarakat untuk berpartisipasi aktif dan peka terhadap lingkungan sekitarnya. ”Bahkan kalau saudara sendiri terlibat laporkan saja,” tegas mantan Dirreskrimum Polda Jawa Barat tersebut.


    Polisi dengan tiga melati di pundak itu menegaskan bahwa masyarakat tidak perlu khawatir dengan ancaman teror. Kepolisian selalu mengantisipasi pergerakan para pelaku teror. Sama seperti gagalnya skenario Thamrin yang menargetkan Surabaya sebagai sasaran.


    Senada dengan Iman, Kapolres Pelabuhan Tanjung Perak AKBP Takdir Mattanete juga terus menyiagakan anggotanya. Terutama pemantauan penyelundupan bahan peledak yang dikirim dari luar Jawa. ”Kami pastikan gerbang masuk Surabaya melalui Tanjung Perak akan tetap aman,” ucap Takdir.


    Sementara itu, Jawa Pos kembali mendatangi lokasi perkampungan tempat teroris tinggal. Heri Setiawan, RT dari Lebak Timur 3D no 18 mengatakan tidak mengenal sosok Priyo Hadi Purnomo dengan dekat. Yang hanya dia tahu, sosok Priyo memang berubah drastis sejak keluar dari Rutan Medaeng.


    Menurutnya, Priyo dikenal sosok yang nakal dan brutal sebelum masuk ke Rutan Medaeng karena kasus Penggelapan dan Narkoba. Dia sering pulang malam. Selain itu, orang tua Priyo juga kerap terdengar memarahi anak keduanya itu dengan keras. ''Pokoknya orang-orang kenalnya dia (Priyo, RED) itu anak nakal,'' bebernya.

    Tapi saat terakhir kembali tinggal di Lebak Timur, sosok itu berubah. Menurut pria berumur 42 tahun itu, terduga teroris itu cenderung pendiam dan tertutup. Dia juga kerap kali menggunakan celana di atas mata kaki dan mengenakan busana agamis.


    Heri membenarkan jika 2 mingguan sebelum penangkapan beberapa orang asing kerap menginap di rumah priyo. Pertama kali datang ada 3 orang. Tapi terakhir sebelum penangkapan hanya ada 1 orang yang tinggal bersama Priyo.


    Ketiga temannya itu, bersama Priyo, kerap terlihat sholat di masjid besar di Lebak Timur bernama Al-Amaliyah. Pakaian mereka terlihat seragam, memakai celana di atas mata kaki dan pakaian agamis khas timur tengah. Tidak hanya itu, mereka juga terlihat memelihara jambang dan jenggotnya.

    Heri tidak curiga dengan keberadaan ketiga teman Priyo tersebut. Apalagi ketiganya sering terlihat sholat berjamaah di masjid. ''Kami tidak curiga, cuman perilaku mereka sangat tertutup,'' tegasnya.


    Pria yang bekerja di kantor DPRD Surabaya itu menambahkan sepengetahuannya, Priyo dan ketiga temannya terlihat ke luar rumah hanya pada waktu menjelang isya. Biasanya mengendarai sama-sama mengendarai motor atau naik bemo. ''Misterius sekali pokoknya mas,'' terangnya.


    Pria yang sudah menjadi RT sejak 3 tahun yang lalu itu mengakui pihaknya kecolongan dengan kasus Priyo tersebut. Sebab, dia tidak mengenal siapa 3 orang teman lainnya yang sering menginap di rumah orang tua Priyo itu. ''Padahal harusnya sebagai RT saya mengerti, mereka juga harusnya wajib lapor,'' bebernya.

    Nasi sudah menjadi bubur. Heri mengatakan untuk menghindari kejadian yang sama kini pihaknya benar-benar intens mendata warganya. Dia juga menggerakkan beberapa tokoh di tiap gang untuk membantu mendata warga asli dan pendatang disana. ''Kurang lebih disini ada 400 kepala keluarga, harus saling peduli. Tidak mungkin saya mengurusi sendiri warga sebanyak itu,'' ungkap Heri yang ditemui Jawa Pos dikediamannya kemarin (9/6).


    Selain itu, kondisi rumah orang tua Priyo pasca penggeledahan terlihat sepi. Police Line masih terlihat disana. Sesekali, terlihat beberapa warga di luar Lebak Timur yang penasaran mampir untuk sekedar berfoto di lokasi penggeledahan rumah teroris itu. Ada juga yang hanya penasaran dan berlalu saja setelah mengetahui bentuk dan kondisi rumah yang digrebek Densus 88 rabu (8/6) lalu itu. (did/rid)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top