• Berita Terkini

    Senin, 27 Juni 2016

    Perusahan Otobus Siapkan Strategi Khusus Sambut Lebaran

    ilustrasi
    SOLO – Diprediksi relatif sepi penumpang pada arus mudik dan balik tahun ini, namun perusahaan otobus (P.O) tak menyerah. Mereka tetap optimistis dengan meningkatkan pelayanan.

    Pemilik P.O Rajawali Krisjanto menjelaskan, perawatan armada dibutuhkan biaya tidak sedikit. Perbaikan tak melulu soal kualitas mesin, tapi juga tampilan fisik bodi bus.

    Itu guna memenuhi selera pasar. Penumpang hanya ingin naik bus dengan bodi mulus. “Kalau lihat bus yang jelek, sekarang nggak mau naik,” kata Krisjanto kemarin (26/6).
    Menurut Kris, sapaan Krisjanto, perbaikan bodi bus dilakukan 5-6 tahun sekali. Sementara untuk chassis, 15 tahun sekali. Tapi karena tuntutan pasar, bodi bus diperbarui lebih awal. Praktis bus dengan mesin lawas harus berganti baju agar menarik.

    “(Armada, Red) punya saya bukan keluaran terbaru. Hanya bagian-bagian tertentu saja dipoles,” ucap dia.

    Pada arus mudik dan balik tahun ini, P.O Rajawali menyiapkan 34 armada dari total 36 armada yang dimiliki.  Jumlah tersebut untuk meng-cover kebutuhan penumpang jurusan Solo- Semarang dan Solo-Bandung dan Sukabumi.

    Kris juga menyiapkan bus cadangan yang sewaktu-waktu dibutuhkan untuk membantu armada lain. “Jurusan Solo-Bandung Sukabumi sebanyak 22 bus dan Solo –Semarang 12 bus. Cadangannya 4 bus,” terangnya.

    Dia sadar tidak mudah bersaing dengan moda transportasi umum lainnya. Salah satunya kereta api. “Sekarang bisa dilihat sendiri kalau naik kereta pasti bersih, nyaman, dan tepat waktu,” katanya.

    Lawan lainnya adalah murahnya harga kendaraan pribadi sehingga masyarakat dengan mudah mendapatkannya. Pamor bus sebagai moda transportasi pilihan mulai bergeser.
    Kondisi tersebut menyebabkan sejumal P.O mati suri. Jika pun masih beroperasi, sebagian armada sudah dijual. Sebab biaya perawatan tak sebanding dengan pemasukan per harinya.

    “Tarif penumpang dari tahun 1998 hingga 2016 naiknya tidak sampai 300 persen. Sedangkan biaya perawatan dan pengadaan armada naik 500 persen.  P.O menyiasati hal itu dengan menjual sebagian bus, yang lain juga sudah kukut,” beber Kris.

    Ketua Organisasi Angkutan Darat (Organda) Surakarta Joko Suprapto menuturkan, menurunnya pemudik menggunakan jasa bus terjadi sejak 10 tahun lalu
    ”Lebih memilih pesawat dan kereta api karena menghemat waktu. Sekaligus tanpa ada risiko kemacetan. Lebih banyak lagi mengggunakan kendaraan pribadi, baik mobil maupun sepeda motor,” terangnya.

    Apa upaya dari Organda untuk mempertahankan operasional bus? Joko menuturkan tidak bisa berbuat banyak. “Dari tahun ke tahun kita mengadu dan mengeluh namun juga tidak membaik. Ya yang bisa dilakukan hanya bertahan saja,” jelasnya.

    Kepala Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (Dishubkominfo) Surakarta Yosca Herman Soedradjad memaparkan, penumpang bus saat arus mudik dan balik fluktuatif. Pada 2013 lebih banyak dibandingkan 2014. Tapi pada 2015 kembali menurun. (irw/vit/wa)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top