• Berita Terkini

    Kamis, 02 Juni 2016

    Mengolah Sumber Daya menuju Kebumen Makmur dengan Pendekatan Etis

    KABUPATEN Kebumen dianugerahi alam yang luar biasa indah yang bisa dikembangkan menjadi wisata alam yang memesona. Hamparan pantainya tak habis-habisnya untuk dikelola dan dikembangkan guna mendatangkan pendapatan daerah. Sesungguhnya Pemerintah Kabupaten Kebumen telah dan akan terus mengembangkan sektor pariwisata ini.

    Dan hal ini telah memberikan hasil yang menggembirakan. Selama tahun 2015, pendapatan obyek wisata (Obwis) di Kabupaten Kebumen mencapai Rp. 5.653.204.994 . Dengan jumlah pengunjung mencapai tak kurang dari 1 juta orang. Di antara sekian obyek wisata yang ada, Pantai Suwuk masih menjadi primadona dan paling dilirik wisatawan, dengan jumlah pengunjung sebanyak 454.633 pengunjung, disusul Gua Jatijajar sebanyak 322.936 pengunjung, Pantai Logending dengan 125.310 pengunjung serta Pantai Petanahan 90.668 orang.

    Dengan demikian sektor pariwisata di Kebumen telah menjadi dan merupakan salah satu sektor andalan penyumbang pendapatan asli daerah (PAD). Dari sebuah sumber dinyatakan bahwa sumbangan pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kebumen pada Tahun 2001-2005 meningkat rata-rata sebesar 10% per tahun.
    Kunci dari berkembang dan lestarinya pariwisata di Kebumen yang notabene sebagian besar merupakan wisata alam adalah terjaganya alam dengan segala keindahannya. Ketika semua stakeholder di Kebumen, baik pemerintah, masyarakat dan swasta dapat bersatu padu dan satu kata soal kebijakan kepariwisataan ini maka potensi wisatanyapun akan tetap bisa menjadi andalan pendulang PAD.
    Jika mengacu pada visi misi lima tahun kedepan dari tahun 2016 ini, maka kita melihat bahwa misi ketiga Kabupaten Kebumen adalah Mengembangkan kemandirian  perekonomian daerah,  yang bertumpu pada pengembangan potensi lokal unggulan,  melalui sinergi fungsi-fungsi pertanian, industri, pariwisata dan sektor lainnya, dengan penekanan pada peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja serta berwawasan lingkungan . Hal ini berarti bahwa aspek lingkungan memang menjadi salah satu kunci pokok dalam membangun Kebumen. Kenyataan bahwa sekitar 31,04% dari 1.281,11 km² luas wilayah Kabupaten Kebumen adalah berupa lahan sawah maka sektor pertanian yang juga harus bersahabat dengan alam masih menjadi tumpuan perekonomian masyarakat Kebumen.

    Apakah industrialisasi perlu dikembangkan di Kebumen? Bisa ya bisa tidak. Tergantung pada industri apa yang dikembangkan. Ya jika industri yang dikembangkan adalah industri yang bisa bersinergi dan mendukung sektor yang sudah ada dan eksis, dalam hal ini adalah industri pariwisata. Industri yang bisa bersinergi misalnya adalah sektor industri rumah tangga khususnya industri makanan olahan. Industri seperti ini jika dikembangkan akan banyak menyerap tenaga kerja. Pengembangan industri makanan olahan ini juga dalam aspek pemasarannya yang hal ini bisa bersinergi dengan sektor pariwisata. Jadi pengembangan suatu industri disini haruslah yang bersahabat dan memberdayakan alam sebagai core business Kabupaten Kebumen dan bukan industri yang tidak menghargai alam bahkan yang merusak alam.

    Tentu kita tidak menginginkan suatu industri yang bedalih suatu modernisasi namun dampak yang ditimbulkan bagi kelestarian alam sangat merugikan. Karena jika ini yang dikembangkan dan menyebabkan alam rusak niscaya sektor-sektor yang selama ini telah dikembangkan dan menjadi andalan PAD Kebumen akan terkena dampak negatifnya dan bahkan bisa musnah. Kita tidak menginginkan pantai kita tercemar, bukit-bukit yang menghijau menjadi gersang, sumber-sumber mata air mengering, atau burung-burung walet yang menjadi ikon Kebumen kehilangan habitatnya atau bahkan punah. Jadi disini perlu adanya perilaku etis dalam membangun terkait dengan lingkungan.

    Mengutip sumber-sumber mengenai etika lingkungan, dikatakan bahwa jika suatu industri mencemari lingkungan, maka harga pasar dari komoditas-komoditasnya tidak lagi mencerminkan biaya sesungguhnya dalam proses produksi komoditas tersebut; hasilnya adalah kesalahan alokasi sumber daya, peningkatan jumlah limbah, dan distribusi komoditas yang tidak memadai, yang menimbulkan konsekuensi kerugian bagi seluruh masyarakat.

    Jadi ketika kita mengembangkan industri yang berdampak pada pencemaran lingkungan dan merusak sistem ekologi,  maka apa yang menjadi “keuntungan” hari ini sebenarnya sangatlah tidak sepadan dengan kerugian kita dalam jangka panjang. Maka tentu menjadi tidak berguna ketika suatu pembangunan yang mengklaim sebagai suatu kemajuan dan kecanggihan tetapi pada akhirnya menciptakan ketidaklestarian alam dan kerusakan ekologis, karena kehidupan bukanlah hanya untuk saat ini saja tetapi akan terus berjalan ke anak cucu kita. Jangan warisi anak cucu kita dengan lingkungan yang rusak, pantai yang tercemar dan tak lagi indah, bukit yang gersang atau sumber mata air yang telah mengering. Tentu kita ingin mewarisi anak cucu kita dengan lingkungan yang tetap lestari keindahannya dan kemanfaatannya dapat dinikmati sampai generasi nanti. ***

    Penulis :                                                                                            
    Teguh Sabaryanto
    Mahasiswa Magister Akuntansi FEB UGM




    Berita Terbaru :


    Scroll to Top