• Berita Terkini

    Selasa, 28 Juni 2016

    Harga Oyek Lebih Mahal dari Beras

    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Sebuah anomali terjadi di Kebumen, harga oyek alias nasi singkong, justru lebih mahal dari beras. Warga rupanya mulai beralih mengonsumsi oyek sebagai makanan pokok alternatif. Terlebih pada bulan ramadan ini, permintaannya meningkat tajam.

    Tak heran harganya pun ikut terdongkrak. Saat ini harga oyek di tingkat pedagang mencapai Rp 10.000 per kilogramnya. Padahal sebelum ramadan harganya pada kisaran Rp 6.000 hingga Rp 6.500 per kilogramnya. Tingginya harga oyek melebihi harga beras, yakni untuk beras jenis ciherang kualitas sedang sekitar Rp 7.500 per kilogramnya.

    "Naiknya mulai waktu mau puasa kemarin. Sampai sekarang belum turun," kata pedagang beras di Pasar Tumenggungan, H Admin (70), kepada Kebumen Ekspres, kemarin (27/6/2016).

    Menurut Admin, selama ramadan ini sedikitnya 100 kilogram oyek habis dibeli pembeli. Bahkan dia mengaku sering kehabisan stok. Dikatakannya, manfaat tiwul besar sekali, bisa menjadi makanan pokok pengganti beras. Selain itu, juga dipercayai sebagian orang dapat mencegah dan mengurangi kandungan gula bagi penderita penyakit kencing manis.

    Admin mengaku berjualan oyek sejak empat tahun terakhir. Awalnya oyek dijual dengan harga Rp 4.000 hingga Rp 5.000. Namun setelah konsumen tahu manfaat dan kegunaannya pesanan oyek mulai tambah banyak. Bahkan, saat ini harganya sudah mencapai Rp10.000, sedangkan harga beras Rp 7.500 hingga Rp 10.000 per kilogramnya.

    Permintaan pasar terhadap oyek meningkat tajam saat ramadan dibanding bulan-bulan sebelumnya, namun akibat cuaca yang tidak menentu proses produksi oyek di desa-desa sentra oyek di Kecamatan Karangsambung, Karanggayam dan Sadang Kebumen, terhenti. Perajin khawatir modal mereka terbuang percuma bila nekad berproduksi.

    Perajin oyek, Sartinah dirinya menghentikan pembuatan oyek setelah cuaca tak bersahabat bagi pembuatan oyek yang membutuhkan panas untuk proses pengeringannya. "Rasanya prihatin bila di saat permintaan pasar terhadap gaplek dan oyek sedang tinggi, kami justru tak bisa berproduksi," ujar Sartinah.(ori)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top