• Berita Terkini

    Senin, 13 Juni 2016

    Gelombang Tinggi Masih Mengancam

    JAKARTA -- Ancaman gelombang tinggi dan ROB di pesisir Indonesia diperkirakan kembali terjadi sepekan kedepan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, potensi gelombang tinggi akan mencapai 2,5-4 meter.


    Kepala Sub bidang Informasi Meteorologi BMKG Hari Tirto Djatmiko menyampaikan, gelombang tinggi ini sempat menurun selama dua hari, yakni pada 11-12 Juni. Ketinggian gelombang yang semula mencapai 2,5-4 meter terpantau turun hingga 1,25-2,5 meter untuk wilayah perairan Barat Sumatera dan Selatan Jawa tengah.


    "Akan tetapi, diperkirakan potensi gelombang tinggi kembali mengalami peningkatan kembali pada 13 Juni malam," tutur Hary pada Koran ini, kemarin (12/6). Kenaikan gelombang tinggi diprediksi bakal terjadi hingga lima hari kedepan dengan ketinggian 2,5-4 meter.


    Ada beberapa wilayah yang diperkirakan mengalami kenaikan gelombang tinggi ini. Adapun wilayah tersebut meliputi Perairan Utara dan Barat Aceh, Perairan Barat Nias – Mentawai, Perairan Bengkulu – Kepulauan Enggano, Perairan Barat Lampung, Perairan Selatan Banten hingga Jawa Timur, Perairan Selatan Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).


    "Selain itu, di Laut Jawa bagian Timur, perairan Masalembo hingga Laut Flores, Laut Banda, Perairan Kepulauan Kai, Aru, Tanimbar, Babar hingga Laut Arafuru juga akan mengalami kenaikan gelombang tinggi," jelasnya.


    Melihat prakiraan tersebut, hary menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan siaga. terutama, bagi masyarakat pesisir pantai Barat Sumatera dan  Selatan Jawa hingga NTT. "Para nelayan juga diminta tetap hati-hati," katanya,


    Penuran gelombang tinggi ternyata turut diikuti pasang air laut maksimum (ROB). Menurutnya, penurunan ini karena fase bulan baru sudah terlewati. Meski begitu, masyarakat yang tinggal di daerah pesisir dan di daerah dengan permukaan lebih rendah dari bibir pantai diharap tak menurunkan kewaspadaan. Sebab, pasang air laut maksimum (ROB) diperkirakan kembali terjadi minggu ini.


    "ROB akan kembali maksimum pada fase bulan purnama. Diperkirakan antara tanggal 17-23 Juni 2016," jelasnya. Pada masa ini, ketinggian pasang air laut maksimum diperkirakan setinggi 1.0 – 1.1 meter.


    Gelombang tinggi laut selatan ternyata sudah dirasakan nelayan di Kabupaten Pangandaran sejak sepekan terakhir. Ketua Kesatuan Nelayan Tradisional Indonesia (KNTI) Pangandaran Adi Pranyoto menuturkan gelombang tinggi ini benar-benar membuat nelayan pikir-pikir untuk melaut. ’’Lebih baik istirahat di rumah dulu,’’ katanya. Adi mengatakan anggotanya ada sekitar 2.500 nelayan yang tersebar di enam kecamatan di Kabupaten Pangandaran.


    Adi menjelaskan anomali cuaca ini membuat gelombang bertambah sampai 2,5 meter. Padahal rata-rata tinggi gelombang di pantai selatan kawasan Jawa Barat sudah mencapai 3,5 meter. Menurutnya hanya nelayan jaring compreng atau cantrang dengan kapal 30 GT yang nekat melaut. Cuma nelayan compreng ini orientasinya menangkap udang, bukan ikan.


    Dia mengakui dampak dari liburnya kegiatan melaut itu membuat harga komuditas ikan laut naik. Sebab hasil tangkapan nelayan juga berkurang. Adi menceritakan meskipun hampir seluruh nelayan libur melaut, kegiatan di tempat pelelangan ikan (TPI) Pangandaran tetap berjalan. Umumnya yang dijual adalah hasil budidaya ikan tambak.

    Menurut informasi yang dia terima puncak gelombang tinggi ini adalah Rabu depan (15/6). Setelah itu gelombang diperkirakan mulai berangsur normal. Adi menceritakan bahwa penyebab tinggi gelombang ini adalah posisi bulan. ’’Warga sini menyebutnya fenomena pancaroba,’’ kata dia.


    Seingat Adi enam bulan lalu warga nelayan di Pangandaran juga tidak melaut selama sepuluh harian. Waktu itu penyebabnya curah angin yang sangat tinggi. Curah angin yang tinggi itu, berpotensi membuat gelombang laut yang tinggi. Bedanya dengan saat ini adalah, gelombang laut tinggi tapi curah angin normal.

    Menurut dia melaut di tengah gelombang tinggi banyak resikonya. Diantaranya adalah kapal rusak, ikan tidak ada, dan perlengkapan jaring juga rusak. Sebab banyak sampah yang naik ke permukaan air yang mengapung dan bisa merusak jaring.


    Sementara, Kementerian Perdagangan (Kemendag) belum merespon potensi kenaikan harga akibat gelombang tinggi. Saat ditelepon, Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Srie Agustina dan Direktur Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting Indrasari Wisnu Wardhana tidak merespon. Whatsapp yang disampaikan kepada Srie juga hanya dibaca tapi tidak dibalas. (mia/wan/dim)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top