• Berita Terkini

    Selasa, 31 Mei 2016

    Tekan Harga Kebutuhan Pokok Jelang Ramadan, Pemerintah Impor Daging 10 Ribu Ton

    ilustrasi
    JAKARTA – Segala cara dilakukan pemerintah untuk menekan harga kebutuhan pokok jelang Ramadan. Salah satu langkah yang diambil kali ini adalah membuka keran impor. Di antara barang kebutuhan pokok yang diizinkan untuk impor itu adalah daging sapi. Diharapkan, gelontoran stok daging bisa menekan harga sesuai target pemerintah.


    Kemarin (30/5), Presiden memanggil tiga menteri untuk membahas penurunan harga bahan pokok. Yakni menteri BUMN, Menteri Perdagangan, dan Menteri Pertanian. Dari pertemuan tersebut, keluar sejumlah rekomendasi." Untuk daging, (impor) 10 ribu ton, " ujar Mentan Amran Sulaiman di kompleks Istana Kepresidenan kemarin.


    Detailnya masih akan dibahas lebih lanjut dengan Mendag dan Menteri BUMN. Tidak hanya soal daging, namun juga kebutuhan lainnya. Diharapkan, hari ini sudah ada keputusan teknis untuk menekan harga-harga tersebut.


    Seskab Pramono Anung menjelaskan, pada intinya pemerintah ingin menjaga stok pangan selama Ramadan dan Idul Fitri. Presiden meminta agar keinginan pasar mempertahankan harga tinggi dilawan, sehingga harga komoditas utama bisa turun. Sehingga, image bahwa setiap Ramadan harga bahan pokok naik bisa dibalik.
     "Harga daging sudah Rp 130 ribu, Presiden mematok harus Rp 80 ribu,"terangnya.

    Begitu pula harga gula yang saat ini sudah tembus Rp 15 ribu di beberapa daerah, harus turun. Itulah sebabnya pemerintah memutuskan membuka keran impor daging hingga 10 ribu ton.


    Bila harga daging tetap dikendalikan pihak-pihak yang selama ini menguasai pasar, maka bisa dipastikan harganya akan tetap tinggi."Caranya (menurunkan harga) ya impor dibuka, " lanjutnya. Pemerintah sudah memiliki koneksi dengan Australia, Selandia Baru, dan India untuk bisa mendatangkan daging yang bisa dijual dengan harga Rp 80 ribu.


    Disinggung apakah impor tersebut mempengaruhi Fiskal, Pramono menggeleng. Dia memastikan APBN tidak terganggu karena impor akan menggunakan mekanisme pasar. "Malah akan dapat keuntungan, " tutur mantan Sekjen PDIP itu. Pramono tidak menyebutkan siapa yang akan mengimpor. Namun, sebelumnya sudah ada pilihan antara Bulog atau PT Berdikari.


    Dia mengingatkan, pada dasarnya harga daging memang rendah. Dari tempat asalnya juga sudah rendah. Sebagai gambaran, di Australia harga daging Rp 58 ribu. Singapura dan Malaysia Rp 68 ribu. "Kenapa di sini Rp 120 ribu, jadi Indonesia harus bisa paling tidak Rp 80 ribu, "tambahnya.


    Sementara itu, berdasarkan data di Kementerian Perdagangan harga daging kembali mencapai Rp 113.375 per kilogram kemarin (30/5). Padahal Jumat lalu harga daging sempat turun hingga Rp 111.535 per kilogram.  Sedangkan pada Minggu (29/5) harga daging itu memang sudah merangkak naik lagi menjadi Rp 112.882 per kilogram.

    Wakil Presiden Jusuf Kalla mengintruksikan agar kementerian terkait bisa segera mengurusi impor daging tersebut. Sebab, harga daging masih belum turun. ”Sekarang ini mulai proses impor,” ujar JK, kemarin.


    Dia menuturkan bahwa impor memang menjadi langkah jangka pendek untuk menekan harga komoditas seperti daging sapi. Penambahan stok atau suplai dalam negeri itu secara langsung akan turut menurunkan harga daging di dalam negeri. ”Setahap demi setahap pasti akan berkurang harganya,” imbuhnya.


    Lebih lanjut, JK menjelaskan bahwa pemerintah butuh bertahun-tahun untuk membenahi sistem sistem stok dalam negeri. Bukan hanya untuk daging saja. Tapi, juga untuk komoditas lainnya. ”Butuh bertahun-tahun untuk bisa swasembada pangan,” tutur JK. (byu/jun)



    Berita Terbaru :


    Scroll to Top