• Berita Terkini

    Senin, 07 Maret 2016

    Kasus Gizi Buruk di Kebumen Masih Tinggi

    SUDARNO AHMAD/EKSPRES
    KEBUMEN (kebumenekspres.com)- Kasus gizi buruk di Kabupaten Kebumen masih terus saja terjadi. Pada tahun 2015 lalu kasus tersebut relatif masih tinggi terjadi, dengan sedikitnya sembilan kasus. Namun, jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kasus yang sama pada 2014, yang mencapai sepuluh kasus.

    Hal itu dikatakan Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Kebumen, Y Rini Kristiani, saat mendampingi Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Kebumen Lilis Nuryani Yahya Fuad, saat memantau kasus Balita gizi buruk di RSUD Dr Soedirman Kebumen, belum lama ini.  "Di Kabupaten Kebumen jumlah kasus gizi buruk di tahun 2015 mengalami penurunan, yaitu dari sepuluh kasus di tahun 2014 menjadi sembilan kasus pada tahun 2015," terang Y Rini Kristiani, kepada Kebumen Ekspres, disela-sela kunjungannya.

    Rini mengklaim angka penurunan kasus gizi buruk ini menjadi salah satu indikator keberhasilan penanganan masalah gizi buruk di Kabupaten Kebumen. "Kita patut bersyukur dengan jerih payah, kerja keras bersama kasus gizi buruk dapat ditekan," ujarnya.

    Menurutnya, salah satu program di Dinas Kesehatan dalam penanganan masalah Gizi Buruk adalah dengan Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi dan balita kurang gizi dari keluarga miskin

    Selain itu, peluncuran program unggulan 100 hari kepemimpinan Bupati HM Yahya Fuad dan Wakil Bupati Yazid Mahfudz, di bidang kesehatan juga diyakni akan meminimalkan bertambahnya kasus gizi buruk. Program tersebut yaitu, ambulan gratis dan gerakan sayang ibu.

    Rini Kristiani menyampaikan bahwa ambulan gratis bagi masyarakat adalah layanan transportasi rujukan kesehatan dari wilayah ke Puskesmas rawat inap atau ke rumah sakit rujukan dalam kabupaten pada kasus kegawatdaruratan. Baik kasus obstetri neonatal (ibu hamil dan bayi baru lahir), bencana, Kejadian Luar Biasa (KLB). Serta kegawatdaruratan lain yang membutuhkan penanganan cepat dalam upaya menekan Angka Kematian Ibu dan Bayi (AKI dan AKB) serta life saving.

    Sedangkan, program gerakan sayang ibu merupakan upaya untuk Ibu hamil, melahirkan dan pasca persalinan dalam upaya menekan AKI dan AKB. Berbagai kegiatan yang dilakukan, diantaranya pendampingan ibu hamil oleh masyarakat, kader maupun petugas kesehatan untuk melaksanakan P4K. "Inovasi terbaru saat ini adalah pemberian Gelang Ibu Hamil," ucapnya.

    Ia menjelaskan, pemakaian gelang ibu hamil sebagai tanda bahwa bumil tersebut sudah pernah kontak dan dalam pengawasan tenaga kesehatan (Bidan). Gelang ibu hamil ada tiga warna, hijau untuk semua ibu hamil, kuning untuk bumil resiko tinggi non masyarakat miskin dan merah untuk bumil resiko tinggi masyarakat miskin. "Semua Puskesmas dan rumah sakit wajib memprioritaskan pelayanan bagi bumil yang mengenakan gelang ibu hamil.  Terutama yang berwarna kuning dan merah," tegasnya.(ori)


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top