• Berita Terkini

    Selasa, 23 Februari 2016

    Nambangan Ingin Jadi Barometer Perbatasan Purworejo

    ilustrasi
    PURWOREJO - Nambangan sebagai desa yang terletak di paling ujung barat wilayah Purworejo, berbatasan dengan Desa Rowo Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen. Otomatis desa ini bersentuhan langsung dengan masyarakat wilayah Kebumen. Oleh karena itu, Nambangan tidak saja ingin tampil yang terbaik di mata kabupaten tetangga, lebih dari itu Desa Nambangan Kecamatan Grabag ingin menjadi barometernya perbatasan di Kabupaten Purworejo. Mulai dari keindahan lingkungannya hingga kesejahteraan masyarakatnya.

    Keinginan itu sudah lama dicita-citakan Kepala Desa Nambangan Pamuji, agar menjadi wilayah perbatasan yang membanggakan dan membawa nama harum Kabupaten Purworejo di mata daerah lain. Sehingga perlu melaksanakan pembangunan yang merata, dari infrastruktur, pertanian, home industri, hingga petani nelayan. Termasuk diperlukan pembangunan jembatan yang melintasi sungai sebagai penghubung dengan Kabupaten Kebumen dan pembuatan gapura masuk wilayah Kabupaten Purworejo.

    “Jika itu dapat terwujud, selain meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat, juga mampu menunjukkan sebagai desa perbatasan yang pembangunannya berjalan baik. Karena kalau desa di perbatasan pembangunannya tidak baik, tentu tidak bangga dengan kabupaten tetangga,” ujar Pamuji , kemarin.

    Ditambahkan, Desa Nambangan yang masih masuk dalam daftar desa merah memiliki luas wilayah 297,500 hektar terdiri pekarangan 88,250 hektar dan persawahan 209.250 hektar. Dengan jumlah penduduk 2.306 jiwa terdiri dari 1.124 laki-laki dan 1182 orang perempuan, dengan jumlah Kepala Keluarga mencapai 684 terdiri enam RT dan tiga RW.  Desa Nambangan juga berbatasan dengan Desa Ukirsari, Desa Kedungmulyo, dan Desa Suberagung Kecamatan Grabag. Sedangkan jarak tempuh dari Kota Purworejo menuju Desa Nambangan sekitar 45 kilo meter dengan waktu tempuh menggunakan kendaraan bermotor sekitar satu jam lebih.

    Pembangunan yang belum tersentuh, lanjut Pamuji yakni keberadaan pasar tradisional yang masih sangat sederhana. Pembangunan pasar sangat penting sebagai sarana peingkatan perekonomian sekaligus perputaran perekonomian, yang terdapat satu-satunya di desa. Apalagi masyarakat lebih memilih pasar desa, mengingat untuk mencapai pasar lain butuh waktu lama karena jaraknya cukup jauh.

    Apalagi pasar tradisional ini juga memiliki makanan khas yang tidak ada di daerah lain. Berupa makanan yang terbuat dari singkong yang sering disebut ontholawit dengan sajian paduan warna hijau dan merah memiliki rasa manis dan empuk. Satu lagi yang tidak kalah menarik snack ringan khas Nambangan berupa krupuk krenceng dari singkong. “Maka untuk pembangunan pasar kami berupaya untuk mengajukan proposal, mudah-mudahan dapat disetujui Pemkab sehingga bisa segera direalisasikan,” paparnya.

    Disamping itu, mayoritas penduduk yang bercocok tanam juga masih terdapat kendala. Seperti belum bisa terjangkau irigasi untuk mengairi sawah, karena lokasinya yang berada di ujung, sehingga sulit dijangkau. Sedangkan air yang ada cenderung asin karena berdekatan dengan pantai selatan, sehingga tidak dapat digunakan untuk bercocok tanam. Beberapa upaya telah dilakukan dengan mengajukan proposal ke Balai Besar Yogyakarta, Irigasi Sempor, dan dinas instansi terkait SDA dan ESDM Kabupaten Purworejo. Hanya saja masih terbentur kendala jauhnya lokasi.

    “Dengan kendala-kendala tersebut, akhirnya kami musyawarah dengan masyarakat yang paling kami butuhkan sekarang untuk kelancaran pertanian terutama penanaman padi, yakni alat pompa air bervolume besar, agar mampu menjangkau persawahan yang ada. Kalau dapat bantuan alat itu, petani dapat panen dua kali dalam satu tahun. Kami sudah membuat proposal dan sudah diajukan ke Pemkab. Mudah-mudahan bisa turun bantuan pompa,” harapnya. (ndi).




    Berita Terbaru :


    Scroll to Top