• Berita Terkini

    Kamis, 28 Januari 2016

    Warga Eks Gafatar Diisolasi

    SETIAKY A. KUSUMA/RADAR JOGJA
    Youth Center Steril, Tak Boleh Masuk Sembarangan
    SLEMAN – Janji pemerintah provinsi (Pemprov) DIJ untuk memberikan karantina ketat terhadap warga eks anggota Gafatar, dipenuhi. Mereka benar-benar seperti dikurung di dalam penampungan di Youth Center, Mlati, Sleman. Seperti di hari pertama kemarin, siapa pun yang ingin ketemu mereka, dilarang. Tak terkecuali para anggota dewan dan relawan dapur umum yang menyediakan makanan bagi mereka.

    Seperti diketahui, dari 300-an warga eks anggota Gafatar asal DIJ sudah dievakuasi dari kamp mereka di Mempawah, Kalimantan Barat. Dari jumlah tersebut, empat di antaranya sudah sampai di DIJ, tepatnya di penampungan Youth Center, Sleman, sejak Selasa (26/1) petang.

    Mereka antara lain pasangan suami istri Amri Cahyono, 35 dan Vita Yusni, 35 beserta dua anak mereka Ahmad Saqila Muhtadi, 8, dan Bunga Ayu Megaputri, 4. Sementara ratusan lainnya masih menjalani karantina di asrama haji Donohudan, Boyolali, Jateng.

    Dari pantauan Radar Jogja, sejak kehadiran empat warga eks anggota Gafatar itu, Youth Center seperti menjadi tempat yang tertutup untuk umum. Barak di Youth Center disterilkan. Tidak semua orang bisa masuk, termasuk awak media. Bahkan anggota DPRD Sleman yang bermaksud menengok warga eks anggota Gafatar juga dilarang.

    Salah seorang petugas sekuriti Youth Center, Suparman mengaku mendapat instruksi dari Dinas Sosial DIJ agar melarang siapa pun yang berniat menemui eks anggota Gafatar. Bahkan, memfoto suasana ruang penampungan pun tidak boleh. ”Harus steril dari media, agar tidak mengganggu kenyamanan mereka (eks Gafatar),” katanya.

    Tapi dia membenarkan, satu keluarga eks anggota Gafatar sudah berada di dalam barak. Mereka menempati salah satu ruangan di salah satu barak Youth Center. Mereka tidak boleh berinteraksi dengan keamanan atau penjaga Youth Center.

    ”Saya hanya bisa beri keterangan kalau mereka benar sudah tiba, ada empat orang. Perintahnya seperti itu,” katanya.

    Juga dikatakan, petugas kepolisian sudah berjaga di dalam Youth Center sejak Selasa (26/1) malam. Selain itu, ada relawan dari satuan Taruna Tanggap Bencana (Tagana) yang mendirikan dapur umum untuk para  pengungsi tersebut. ”Persiapan untuk besok, Tagana sudah mulai masak. Dinas kesehatan juga sudah datang mobilnya,” ungkapnya.
    Sementara itu, dua anggota Komisi D DPRD Sleman yang mencoba ke gedung utama Youth Center, juga dibuat kecewa. Mereka dilarang menemui eks Gafatar. ”Ada petugas, katanya dari Kemensos. Mereka tak mengizinkan sebelum ada instruksi pusat,” ujar Prasetyo Budi Utomo, Ketua Fraksi Golkar DPRD Sleman yang jauh-jauh datang dari Prambanan.

    Pras, begitu sapaan akrabnya, menilai tak sepantasnya eks Gafatar dikurung di dalam ruangan seperti diisolasi. Bahkan, tim relawan Tagana yang membuka dapur umum, hanya boleh memasak makanan, dan tidak boleh menjumpai warga eks Gafatar. Sementara untuk menyajikan makanan kepada eks Gafatar, dilakukan oknum yang mengaku dari Kemensos tersebut.

    ”Mereka itu korban (Gafatar), bukan teroris. Saya lihat mereka malah seperti tertekan,” sindir Pras.

    Sementara itu, Radar Jogja termasuk beruntung dalam liputan di Youth Center kemarin. Ini karena berhasil memergoki salah satu warga eks anggota Gafatar yang sedang ke kantin di kompleks Youth Center, Amri Cahyono. Di kantin, dia tampak bersama istri dan anaknya, dengan didampingi seorang psikolog.

    Satu keluarga itu berada di kantin Youth Center sebelah belakang bagian barat gedung. Amri, panggilan akrabnya, tampak santai menggunakan kaus warna biru, celana pendek dan bertopi. Sementara itu seorang psikolog dengan baju berwarna cokelat tampak setia mendampingi mereka di kantin.

    ”Nanti saja ya mas. Saya cuma sendiri, besok saja kalau sudah ramai banyak orang bisa tanya lagi,” kata Amri kepada Radar Jogja.

    Mereka lalu berjalan ke ruang Wisma Budaya yang ditempati keempatnya. Sedikit didesak terkait kedatangannya, Amri menjelaskan jika dia bersama istri dan anaknya datang lebih dahulu, karena menggunakan pesawat dari Jakarta. Sementara yang lainnya menggunakan kapal dan baru akan tiba Kamis (27/1).
    ”Iya saya naik pesawat kemarin soalnya. Sehingga sampai duluan. Sama istri dan anak,” ungkapnya.

    Sebelumnya Amri disebut sebagai ahli pengelolaan air. Dia bisa membuat sistem penyaringan air kotor menjadi air bersih layak konsumsi. Diduga dengan kemampuannya itu, akan dimanfaatkan sebagai logistik keperluan air bersih warga Gafatar di Kamp Mempawah, Kalimantan Barat. Hal yang juga hampir mirip dengan Faza Anangga yang juga berangkat ke Kalimantan di bagian penyediaan air minum.

    Wakil Ketua Komisi D DPRD Sleman Fika Chusnul Chotimah yang juga mengunjungi Youth Center, mengingatkan pemerintah agar tidak sekadar memberi pembinaan dan pendampingan ideologi, mental, dan keagamaan. Lebih penting dari itu, kesejahteraan eks Gafatar pasca-penampungan di Youth Center.

    Sementara itu, Penjabat Bupati Sleman Gatot Saptadi memberi sinyal positif mengenai jaminan hidup bagi warga eks Gafatar. Menurutnya, pemerintah daerah turut bertanggung jawab atas keamanan, kenyamanan, dankeselamatan  eks Gafatar sampai ke kampung halaman. "Itu (jadup) baru kami bahas kemungkinan pendanaannya," ujar Gatot. (riz/yog/ila/jko)





    Berita Terbaru :


    Scroll to Top