• Berita Terkini

    Kamis, 28 Januari 2016

    Paska Ada Warga Gabung ISIS, Masyarakat Bantul Diminta Waspada

    SETIAKY A. KUSUMA/RADAR JOGJA
    BANTUL – Belum selesai proses pemulangan eks anggota Gerakan Fajar Nusantara (Gafatar) ke kampung halamannya, masyarakat Bantul dihebohkan dengan kabar tewasnya salah satu warga Sumbermulyo, Bambanglipuro Salim Rosyid di Suriah. Dia berada di sana diduga karena bergabung Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

    Ketua Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Bantul Yasmuri menilai, fenomena banyaknya warga Bantul yang bergabung dengan organisasi masyarakat (ormas) menyimpang, maupun gerakan radikal, merupakan pukulan telak. Perlu upaya sosialisasi menyeluruh kepada masyarakat perihal berbagai gerakan yang tidak sejalan dengan filosofi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

    ”Fenomena ini menjadi pembelajaran penting bagi masyarakat agar waspada,” ujar Yasmuri, kemarin (27/1).

    Kendati jumlah warga Bantul yang bergabung dengan Gafatar cukup banyak, serta ada yang masuk gerakan Negara Islam Iraq Suriah (NIIS) atau ISIS, pria yang juga ketua PCNU Bantul ini, tetap menampik bila kondisi keberagamaan di Bumi Projo Tamansari cukup rawan. Potensi bergabungnya warga dengan berbagai gerakan yang dilarang di NKRI tersebut, dinilai masih tidak terlalu tinggi.

    ”Kalau pun ada yang bergabung, karena pengawasan keluarga dan masyarakat lemah,” ujarnya.

    Yasmuri berpendapat, upaya sosialisasi perihal gerakan menyimpang tidak hanya menjadi tanggung jawab ormas, dan organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah atau Majelis Ulama Indonesia sekalipun. Sosialisasi serupa juga perlu dilakukan berbagai lembaga, seperti lembaga pendidikan. Tujuannya, agar sasaran sosialisasi dapat menyeluruh.

    Di samping itu, masyarakat juga harus kooperatif. Masyarakat perlu mengawasi berbagai potensi munculnya gerakan radikalisme di wilayahnya. Termasuk potensi muncul dan berkembangnya gerakan menyimpang.

    ”Ini menjadi tanggung jawab kita semua. Semua harus waspada. Terlebih, proses rekrutmen Gafatar maupun NIIS sangat canggih. Jarang masyarakat yang mengetahuinya,” ujarnya.

    Senada Sekretaris Daerah Bantul Riyantono mengatakan, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) pernah membahas persoalan Gafatar dan NIIS. Intinya, Forkompinda berkesimpulan untuk menangkal munculnya gerakan menyimpang maupun radikal, membutuhkan peran seluruh elemen masyarakat. Para camat yang memiliki otoritas wilayah perlu meningkatkan kewaspadaan. RT maupun RW pun perlu menerapkan laporan bila ada tamu yang menginap di rumah warganya.

    ”Karena proses rekrutmennya memang sangat canggih. Ada semacam cuci otak juga. Berbagai langkah antisipasi harus kita lakukan,” katanya.

    Saking canggihnya, Toni, sapaan akrabnya, mencontohkan, tidak sedikit eks anggota Gafatar dikabarkan ada yang menjual berbagai harta benda miliknya untuk pergi meninggalkan kampung halamannya. Karena itu pula, Toni tak mengelak bila ada pihak yang menyebut Kabupaten Bantul kecolongan.

    Pada bagian lain, Polda DIJ belum tahu-menahu mengenai warga Bantul Salim Rosyid yang diduga gabung ISIS dan tewas di Suriah. Namun diakui, sebelumnya Polres Bantul melalui Kapolres yang lama AKBP Surawan pernah menyebut ada dua warga Banguntapan dan Bambanglipuro yang berangkat ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
    ”Tapi keterangan itu belum kami konfirmasi ke sana. Juga belum ada informasi dari sana” kata Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda DIJ Kombes Pol Hudit Wahyudi kepada Radar Jogja, kemarin (27/1).

    Disinggung mengenai kebenaran informasi keberangkatan dua warga Bantul ke Suriah, pihaknya juga belum bisa banyak memberikan keterangan. ”Iya kami harus cek dulu ke sana, sampai saat ini belum ada,” pungkasnya. (zam/riz/ila/jko)      


    Berita Terbaru :


    Scroll to Top