• Berita Terkini

    Kamis, 31 Desember 2015

    2015 Jadi "Tahun Politik", PDIP Babak Belur lagi di Pilkada

    DARI sejumlah peristiwa, hajatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kabupaten Kebumen menjadi salah satu peristiwa terbesar di Kabupaten Kebumen sepanjang tahun 2015.  Tak pelak, tahun 2015 boleh disebut menjadi tahun politik di Kota berslogan Beriman ini.

    Banyak kalangan awalnya khawatir pelaksanaan tahun ini rawan terjadi gejolak. Mengingat, ini untuk pertama kalinya, Pilkada hanya berlangsung satu putaran. Namun, kekhawatiran itu tak terbukti. Pilkada Kebumen berlangsung relatif lancar. Seluruh tahapan Pilkada berlangsung kondusif hingga akhirnya  Komisi Pemilihan Umum (KPU) menetapkan pasangan calon  (paslon) nomor urut 2 HM Yahya Fuad-Yazid Mahfudz (Fuad-Yazid) sebagai pemenang pada 22 Desember lalu.

    Fuad-Yazid yang diusung koalisi besar Partai PAN, Gerindra, PKB dan Demokrat itu meraih suara terbanyak dengan  350.089 suara atau 51,14 persen. Fuad Yazid unggul atas paslon nomor urut satu Khayub Mohamad Lutfi dan Akhmad Bakhrun ( PKS, Golkar NasDem) yang mendapat 289.827 suara atau 42,33 persen di posisi dua.  Sedangkan, Bambang Widodo dan Sunarto nomor urut 3 yang diusung PDIP Hanura mendapatkan suara 44.703 suara atau 6,53 persen ada di posisi terakhir.

    Kemenangan Paslon Fuad-Yazid dalam Pilkada Kebumen ini menyisakan sejumlah catatan menarik. Fuad Yahya, tokoh Muhammadiyah kandidat berlatar belakang pengusaha termasuk paling akhir muncul dalam bursa pencalonannya sebagai bupati dibanding calon lain, Khayub M Lutfi dan Bambang Widodo.

    Ini mengingatkan kembali pada Pilkada 2010 lalu, saat Buyar Winarso maju sebagai calon bupati. Buyar yang juga muncul relatif belakangan itu lantas memenangi Pilkada Kebumen 2010 berpasangan dengan Djuwarni. Buyar menang di putaran pertama dari pasangan lainnya, Rustriyanto-Rini Kristianti (PDIP), KH Nashirrudin AL Mansyur-Probo Indartono (Nashpro), dan Poniman Kasturo-Nur Affifatul Khoeriyah (Partai Golkar dan PKS).

    Buyar Winarso-Djuwarni yang saat itu diusung PPP, PAN, PKNU, Gerindra, dan PKS kembali unggul di putaran kedua dari pasangan KH Nashirrudin AL Mansyur-Probo Indartono (Nashpro) yang diusung Partai Demokrat dan PKB. Buyar-Djuwarni meraih suara sebanyak 227.779 atau 50,91 % sementara KH Nashiruddin AM-Probo Indartono (Nashpro) yang mendapat 263.038 suara atau 49,09 %.

    Dari sisi finansial, Fuad Yahya juga memiliki kesamaan dengan bupati sebelumnya, Buyar Winarso. Keduanya tercatat sebagai calon terkaya dibanding paslon lain. Fuad memiliki kekayaan nyaris Rp 90 miliar sementara Buyar Rp 35 miliar. Bahkan, slogan "terusna aku bae" yang dipakai Fuad-Yazid saat masa kampanye bisa dimaknai Buyar Winarso ada di belakang paslon ini. Maklum, Buyar saat ini tercatat sebagai salah satu pengurus PAN.

    Tak hanya soal Fuad-Buyar, kemiripan sama ditunjukkan Khayub Lutfi yang mirip Poniman Kasturo. Keduanya sama-sama menjabat sebagai Ketua KONI saat maju sebagai calon bupati. Keduanya juga diusung Golkar. Bila masih belum cukup, keduanya sama-sama memiliki persiapan jauh lebih panjang dibanding calon calon lain.

    Catatan lebih menarik adalah soal kembali kalahnya PDIP pada Pilkada 2015 ini. Bahkan, pukulan sangat terasa pada Pilkada 2015 ini. Bagaimana tidak. Meski kalah pada Pilkada 2010 bahkan gagal melaju ke putaran kedua, jago PDIP saat itu  H Rustriyanto SH-dr Hj Y Rini K MKes memperoleh 113.157 suara (19,24%). Bandingkan dengan di Pilkada 2015 ini, Bambang Widodo yang berpasangan dengan Sunarto (BW-Narto) hanya mendapat dukungan  6,53 persen atau ada penurunan lebih dari 12 %.

    Sebagai partai pemenang Pemilu di Kebumen dengan perolehan suara hampir 20 %, perolehan jago PDIP yang hanya  6,53 persen itu tentu sangat mengejutkan kalau tidak boleh dikatakan PDIP babak belur di Pilkada 2015 ini.

    Selain kalah telak, ada cerita tak mengenakkan terkait kalahnya PDIP. Yakni adanya isu pertemuan Bambang Widodo (BW) dengan Khayub M Lutfi beberapa hari sebelum pencoblosan. Memang, kabar pertemuan keduanya di sebuah hotel di Kebumen sangat tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Namun sempat menjadi pembahasan di kalangan pengguna media sosial (medsos) di Kebumen. Sejumlah pengguna medsos menyebut, pertemuan itu berisi negosiasi atau upaya memberikan dukungan BW kepada Khayub.Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi baik dari Khayub M Lutfi maupun Bambang Widodo


    Dimintai tanggapannya soal kekalahan PDIP di Pilkada 2015, sejumlah pengurus dan kader PDIP memilih bungkam. Termasuk, Ketua DPC PDIP Kebumen Cipto Waluyo. Sekretaris DPC PDIP Kebumen, Bambang Trisaktiono yang sedikit mau berkomentar tegas membantah isu tersebut dan menyebut itu hanya hoax.

    Menurut Bambang Tri, kekalahan PDIP tak lepas dari maraknya praktek money politis pada perhelatan Pilkada lalu. Meski demikian Bambang Tri tetap bangga dengan kader-kader PDIP. "Meski kalah, kami menang menang secara moral di Pilkada lalu," tegasnya.

    Terpisah, Ketua Tim Pemenangan Khayub M Lutfie-Khayub Bakhrun (khayub-Bakhrun), Fatah Banani mengaku tak mendengar adanya isu pertemuan Khayub dengan Bambang Widodo. Bilapun benar ada pertemuan antara BW dan Khayub, menurut Fatah, nyatanya tak berpengaruh pada perolehan suara pasangan Khayub-Bakhrun. "Dari hasil hitung-hitungan kami, perolehan suara  Khayub-Bakhrun memang  42,33 persen. Itu perhitungan dari awal. Dengan perolehan suara itu pasangan  Khayub-Bakhrun bahkan harusnya menang. "

    Kekalahan pasangan Khayub-Bakhrun, katanya, tak lepas dari anjloknya suara PDIP yang terlihat dari perolehan suara BW-Narto. "Asumsinya, PDIP dan Hanura bisa menjaga perolehan suara di angka 22-23 persen. Tapi malah perolehan suara Pak Bambang Widodo Sunarto atau PDIP-Hanura hanya 6 persen," katanya.

    Apakah itu artinya suara pendukung BW-Narto lari ke pasangan Fuad-Yazid? Fatah enggan berkomentar. Terlepas dari itu, Fatah mengaku sudah legowo dengan pelaksanaan hasil Pilkada kemarin. "Pak Khayub siap mendukung jalannya pemerintahan Fuad-Yazid bila diperlukan," tandasnya.(cah)

    Berita Terbaru :


    Scroll to Top